Published on

Gimana Kalo Nyokap Belle yang Mengutuk Beast?

7 min read
Authors
  • avatar
    Name
    Asfiolitha Wilmarani
    Trakteer
as old as time by Liz Braswell book review

Disney itu masa kecil gue. Rasanya gue udah nonton film Disney Animated Classics sekian belas kali untuk hafal ceritanya di luar kepala. Tapi tau-tau, di Big Bad Wolf kemarin, gue nggak sengaja ngelirik kalimat, “What if Belle’s mother cursed the Beast?” Yah, auto masuk keranjang deh. Kali ini, lain dari biasanya, gue pengen nyoba bikin book review yang layak baca dari buku yang baru gue tamatin. Kalo biasanya gue log di Book Journal aja (baca: Book of Spoilers). Well, here goes a try…

Overview

Details

cover
Judul : As Old as Time
Penulis : Liz Braswell
Tebal : 485 halaman
Penerbit : Paper Rocket Publishing

Sinopsis

Penyihir yang mengutuk pangeran jadi buruk rupa ternyata nyokapnya Belle. Untuk nyelamatin bokapnya, Maurice, dari sanderaan si buruk rupa Beast, Belle menawarkan diri untuk gantian jadi sandera. Alhasil, bokap bebas dan Belle ditahan di menara Beast selamanya. Karena kepo, Belle menyentuh mawar pemberian penyihir — alias nyokapnya — yang ada di kamar Beast. Berkat itu, efek kutukannya jadi makin dahsyat. Bisakah Belle ngebantuin Beast jadi pangeran lagi, menyelamatkan kehidupan perabot-yang-dulunya-manusia di seluruh istana, sekaligus mencari tahu gimana nasib nyokapnya yang nggak pernah bisa dia ingat?

Overall Opinion

Ini bukan buku Twisted Tale pertama yang gue baca, jadi sedikit-sedikit gue udah punya bayangan ceritanya akan belok ke mana. Twist yang ditambahin ke cerita klasik Disney ini menarik banget. Gue pada dasarnya suka novel misteri, jadi dengan adanya unsur whodunit yang diselipin di buku ini, experience bacanya jadi makin seru. I guessed who the dalang was, midway through the book tho! Tapi itu lebih karena gue udah terbiasa nebak dan jago nebak siapa dalangnya, bukan karena penulisnya gagal ngasih red herring.

Beastnya tbh imut banget.

Maksud gue, dia teriak-teriak, ngomel-ngomel, ngerajuk, tapi semuanya berbau tsundere. Kalo authornya berusaha bikin Beast kedengeran kayak anak umur sebelas tahun, beliau berhasil.

There’s a bunch of heartwarming scenes in this book.

Favorit gue waktu mereka ketiduran di perpustakaan setelah Belle ngebacain bedtime story. Saking sukanya, gue mungkin bakalan jadiin scene ini prompt untuk gue tulis kapan-kapan.

Eyes still closed, he gave himself a good stretch and then stretched out. But as soon as one of his great toes met her leg his eyes popped open.

The look he gave her was so surprised and chagrined she almost fell over laughing. “Wh–” he began.

Belle put a finger to her lips and pointed at the teacups.

He raised a shaggy eyebrow, still a little stupid from sleep, and then nodded, suddenly understanding.

“I hadn’t realized I….” he whispered, scratching the back of his neck in embarrassment. “I must have … drifted off.”

“That’s alright,” Belle whispered back with a smile.

“It was a good story!” he protested, trying to keep his voice low. “I-I wasn’t bored! It was just so comfy, and I was so sad earlier, and the fire was nice ….”

“No, it’s fine,” Belle said, smiling. “I take it as a compliment.”

– (hlm. 344)

Like, if that’s not the cutest thing ever then I don’t know what is. You know I’m a sucker for fluff romance.

Pros & Cons

So let’s talk cons first.

Skinship

I didn’t like the sudden skinships that came out of nowhere. Tanpa sebelumnya–rasanya, menurut gue– belum ada romantic tension at all antara Belle dan the Beast, tiba-tiba si cecunguk ini nyium Belle di jidat. Gue naikin alis dong.

Kisses as affectionate as that should’ve been done later after they establish the ‘love relationship’ itu sendiri. Ini in my opinion aja sih. If I were Belle at that moment, I’d scream, “What the heck are you doing you creepy son of a queen?”

Cuz, you know.

He’s the son.

Of a queen.

Cuz he’s a prince.

I mean, was, a prince.

Get it?

Oke lanjut.

LeFou

Another thing, remember that LeFou, temennya Gaston, was rather gay in the live action adaptation? I’m slightly bummed because he wasn’t like that in this book. Not that it’s a big of a deal, just putting it out there. Adaptasinya Josh Gad dalam karakter LeFou seru banget, sementara di sini LeFou balik jadi karakter figuran. Jadi gue agak kecewa.

Selain itu gue nggak bisa menemukan kelemahan lain, sih.

Now onto the pros.

Belle

Gue suka banget gimana si author menggambarkan Gaston sebagai cowok ganteng yang nggak berotak dan cuma punya mata untuk Belle. Gue juga suka cara Belle menyikapi kelakuan-kelakuan penduduk desa yang lainnya.

Seperti buku Twisted Tale sebelumnya yang gue baca, heroine yang digambarkan di cerita ini bukan model Disney Princess yang serba perfect as in cantik, cerdik, pinter nyanyi, dan bisa ngomong sama binatang, melainkan lebih seperti remaja cewek normal yang menghadapi masalah mundane. Gampang banget relate ke situasi yang si heroine, dalam hal ini Belle, alami, meskipun latarnya masih di dunia fantasi.

Paris nun jauuh di sana.

Plus sihir.

Dan perabot yang bisa ngomong.

Oke lanjut.

Enchantress

Gue juga suka banget karakter nyokapnya Belle, alias si penyihir.

Percaya atau engga—gue juga awalnya pleasantly surprised—di buku ini Enchantressnya muncul dan dapat backstory, nggak kayak adaptasi-adaptasi lainnya. Di film Disney animated klasik maupun live actionnya, si Enchantress nggak dapat kisah sendiri. Beliau cuman, muncul dan ngilang lagi begitu aja.

Di buku ini dia mendapat backstory yang menurut gue pantas banget dia dapatkan. Bahkan kita bisa baca sendiri gimana kisah cinta dia sama Maurice sebelum Belle lahir.

“You have a lot of interesting friends, it seems,” Maurice said, sighing. “I wish I could meet them.”

“I’m not sure I would like that,” the girl said thoughtfully. “If I introduced you to my friends, you would spend all your time talking to them and not to me.”

Maurice stared at her for a long moment, trying to decide if what he thought she meant by that was what she actually meant by that.

And, with a smile, it became apparent that it was.

–(hlm. 25)

Itu juga sih salah satu favorit gue dari buku ini. Backstory setiap karakternya. Everything makes sense, and in some cases, seems so canon.

Andaikan ini adaptasi pertama yang memperkenalkan gue ke kisah Beauty and the Beast, gue pasti akan kecewa saat nonton filmnya. Yah, the book is always better than the movie stands true here, walaupun ini nggak canon. Intinya novel ini sebagus itu.

I just wish it were canon.

More info about the book

cover

Buku ini masih dalam bahasa Inggris, gue nemu waktu di pameran buku Big Bad Wolf. Sejauh pengetahuan gue, belum ada terjemahannya, jadi satu-satunya cara untuk baca ya, baca versi aslinya.

Ini satu dari sekian buku dalam series Twisted Tales, penulisnya Liz Braswell. Barusan gue lookup ternyata menurut goodreads saat ini ada tujuh buku dalam series ini, semuanya mengangkat kisah Disney Princess. Bahkan ada cerita dari Frozen!

Terus, meskipun nggak canon, series Twisted Tales ini sepertinya official dari Disney, karena di covernya ada logo Disney dan di website Disney ada cover buku ini lol.

TL;DR

Novel ini bikin kisah klasik Disney Princess, the Beauty and The Beast jadi keren banget, nggak one-dimensional seperti adaptasi lainnya. Banyak karakter yang dapat backstory, and it is DARK. Recommended untuk readers yang suka misteri, Disney, dan fantasy (?) i guess. Terutama untuk yang suka baca plot yang dark.

See you on the next one!

P.S. Doain gue lulus SBMPTN ya~