- Published on
Demi Nilai Akhir yang Lebih Baik
- Authors
- Name
- Asfiolitha Wilmarani
- Trakteer
55 days into the quarantine dan memasukki pekan ke-6 PJJ :)) I'm still alive. How you doing? Kondisinya saat ini mendekati UAS dan gue masih terpukul karena nilai kuis Matdas1 yang baru saja dirilis. So here's what I'm gonna do.
Grinding. Pretty much.
Lucunya, gue baru merasa tertampar dan sadar untuk memperbanyak grinding itu justru setelah nilainya hampir set in stone. Nilai yang baru keluar itu kuis ke-3 dari 4. :') Jadi kesempatan gue memperbaiki nilai hanya ada di kuis terakhir, PR (yang masih tersisa dua lagi), dan UAS. Believe me, I already did the math. Sayangnya, meskipun last spurt ini gue maksimalin, nilai akhirnya tidak akan seperti target awal gue :').
But the thing about math, you see. Gue selalu menolak percaya gue tidak bisa matematika. Karena itu, saat gue dapat nilai yang tidak sesuai yang gue harapkan, pertanyaan gue bukannya kenapa, melainkan 'Gue salah di mana? Gimana yang bener?'. Pola pikir ini sudah tertanamkan sejak SD, dan masih kebawa sampai sekarang. Hanya saja, yang bikin sedih itu ketika gue sudah menanyakan pertanyaan tersebut berulang kali, dan hasil selanjutnya masih belum sesuai harapan. It's not like I'm bad at math. Jadi sebenernya di mana salahnya?
Masalahnya adalah gue kurang meluangkan waktu untuk memahami dan mencerna. Let it sink in.
Selama lecture, iya gue memperhatikan. Tapi pace pembelajaran di kelas gue JAUH lebih cepat dibanding kelas lain (ada kondisi saat kami udah sampai di subchapter 5, sementara kelas tetangga baru mau masuk chapter tersebut). Selain itu, profesor yang jadi pengajarnya adalah dosen yang luar biasa pintar. Kadang sulit untuk mengikuti alur lecturenya kalau ngga hadir dari awal, atau kalau meleng sedikiiit aja. Belum lagi karena teman-teman sekelas gue yang luar biasa OP (overpowered, for those of you unfamiliar with this term, tapi tolong jangan pake term ini terlalu sering :) I advise against it) yang cepet banget berhasil mengerjakan contoh soal, profesor jadi beranggapan kami sudah mengerti dan move on ke materi berikutnya. Ini selalu bikin gue yang udah jarang bertanya semakin jarang bertanya.
So this is what I'm doing, 1 AM in the morning, ditemani mug kopi instan yang masih setengah penuh (hashtag being optimistic) dan todo list yang masih tersisa 11 items lagi untuk malam ini. Semoga bisa gue tackle semuanya sebelum mak gue ngebangunin sahur.
I guess that's it for today's log. I might want to do more of these kinds of logs more often, terutama yang menyinggung akademis. Semoga nilai akhirnya nanti beneran bisa gue terima dengan lapang dada :)
See you on the next one!
P.S. Wow. Last post was made before SBMPTN. I can't believe this wkwkwk. I guess a quick life update is overdue: I did it. Gue alhamdulillah berhasil lolos SBMPTN ke univ dan jurusan yang gue inginkan. Semester satu berjalan lancar, indah, dan penuh memori (cie wkwk). Sekarang berjalan semester kedua dan dihantam bertubi-tubi oleh tugas yang kelar satu keluar dua selama PJJ. Still trying to survive on the brink of going insane :) Let's hope I get through this with my sanity intact.