- Published on
Review PSD - Pengantar Sistem Digital
- Authors
- Name
- Asfiolitha Wilmarani
- Trakteer
Time for another matkul review~ Kali ini berhubung temen seangkatan gue udah lebih banyak yang merasakan yang namanya PSD, Pengantar Sistem Digital, review ini lebih ditujukan untuk maba-maba yang penasaran tentang kehidupan semester dua pacil (yang jauh lebih brutal dari semester pertama) atau mungkin temen-temen SI yang pengen insight sebelum DDAK.
Temen-temen seangkatan gue akan meyakinkan lo bahwa PSD adalah matkul yang mengerikan. Gue hampir menyesal mau berkata sebaliknya, gue ngga berpikir begitu. Cara belajar dan daya tangkap semua orang beda-beda, dan rupanya bagi sebagian orang, matkul ini jauh lebih sulit ditangkap dan dicerna dibanding yang lainnya.
Faktor lain yang menurut gue berpengaruh besar adalah sugesti. Kalo sejak awal lo percaya bahwa matkul ini ngga jelas, mengerikan, brutal, dan segala hal yang ngga enak lainnya, akan lebih sulit untuk lo bisa bergerak maju. Kuncinya adalah: jalanin aja dulu.
Belajar Apa
Pengantar Sistem Digital ini mempelajari beragam hal, mulai dari komponen sistem digital yang terkecil, boolean gates, sampai komponen-komponen yang lebih besar seperti register dan memory. Prosesnya juga bertahap, meski gue ngga inget apakah pertemuan pertamanya waktu itu membahas sejarah komputer atau engga (sepertinya iya), lo dipastikan ngga akan masuk dan langsung disodorin k-map dan disuruh bikin sirkuit raksasa.
Materi awal-awal bisa dibilang hanya mengulang materi yang udah pernah lo pelajari sebelumnya. Seputar bilangan binary, octal, hexadecimal, dan kawan-kawannya. Dilanjutkan ke boolean logic, logic gates, dan boolean algebra. Bagian ini belum terlalu seru karena sebelumnya udah pernah dikenalkan di MD1 dan DDP1. Kalo lo punya catatan yang bagus selama MD1, di matkul ini 100% akan kepake lagi.
Lalu semua berubah ketika k-map menyerang. K-Map, short for Karnaugh-Map, adalah salah satu dari beberapa metode yang akan lo pelajari untuk penyederhanaan dan manipulasi fungsi boolean. It's very visual, jadi untuk gue lumayan intuitif. Meski begitu, beberapa temen gue mulai patah semangat semenjak konsep baru ini diperkenalkan. For you visual learners, you have a bit of an advantage here.
Bagian yang mulai seru adalah saat lo udah bisa mulai merangkai sirkuit. Materi selanjutnya yang dibahas adalah mengenai combinatorial circuit dan design process (atau procedure gitu mereka nyebutnya). Di sini labnya mulai asik karena dipinjemin hardware sederhana yang bisa ngejalanin code yang lo tulis di komputer lab. Beneran sederhana sih, cuma lampu yang bisa mati-nyala. Tapi karena circuit boardnya keren (namanya basys) yang lain jadi ngga penting-penting amat.
What even is this, trust me you don't have to know yet ;))
Seiring berjalannya semester, materi dan komponen digital yang dipelajari juga makin bertambah. Setelah UTS, sirkuit yang lo buat bukan lagi kombinatorial, tapi sekuensial. Bedanya, yang belakangan lebih rumit wkwkwk. Secara singkat, rangkaian sekuensial ini sirkuit yang punya ingatan. Latch, flip-flops, dsb. dsb.
Siak War
Pre-knowledge gue mengenai matkul ini nol besar. Gue ngga tau dosen mana yang harus dipilih, jadi dari awal gue berencana nembak. Meski udah dapet beberapa rekomendasi dari kating untuk ngambil dosen yang jadi koor matkul, rupanya pada akhirnya gue ngga punya pilihan karena semua kelas, kecuali satu, jadwalnya bentrok dengan matkul lain yang mau gue ambil semester ini.
Dosen yang ngajar kelas gue co-op gitu. Ada dua. Satu ibu, satu bapak. Kedua dosen ini megang dua kelas, kelas gue dan satu kelas lain. Plan awalnya adalah si ibu mengajar kelas gue sampai UTS, lalu switch sama si bapak. Dengan pengaturan yang agak aneh ini, gue bertanya-tanya kenapa mereka ngga pegang satu kelas satu dosen aja dari awal.
Tatap Muka
Ibu dosen yang ngajar gue ngajarnya agak ngebut. Rasanya begitu karena saat belum semua mahasiswa di kelasnya paham betul, beliau sudah lanjut dengan materi berikutnya karena ngga ada yang bertanya atau terlihat bingung. Seringnya beliau ngasih jeda di akhir penjelasan untuk memastikan orang-orang masih mengikuti, tapi malah disambut dengan mengheningkan cipta.
Dibandingkan kelas lain, materi kelas gue udah paling jauh. Padahal sebenarnya bukan karena ibu dosen ini yang ngajarnya ngebut, beliau hanya ngikutin jadwal sesuai silabus. Bahkan beberapa kali mengilas balik materi sebelumnya yang berkaitan.
Pernah sekali waktu, gue iseng untuk sit in di kelas sebelah, kelas yang diajar oleh ibu koor matkul yang tadi gue sebut-sebut. Berhubung jadwalnya barengan dengan jadwal kelas gue, pada dasarnya gue bolos (meski bolosnya untuk ikut tatap muka di kelas lain). Menyusup lah. Lucunya gara-gara sekali acara menyusup itu, anak-anak di kelas ibu koor dosen jadi inget gue ada di kelas mereka, padahal aslinya gue dari kelas sebelah 😄
Kesempatan menyusup itu ngga terbuang sia-sia. Di kelas gue yang pembahasan materinya ngebut, gue hampir ngga bisa mencatat apa-apa meski gue mengerti materi yang dibahas. Tapi saat masuk ke kelas ibu koor dosen, catatan gue langsung dua kali lipat lebih banyak dibanding catatan gue untuk sekian kali pertemuan di kelas gue sendiri.
Ibu koor dosen ini penjelasannya lebih lambat dan lebih mudah dicerna untuk orang awam. Gue duga karena beliau punya lebih banyak pengalaman mengajar matkul ini dibandingkan ibu dosen gue yang sekarang. Jadi beliau lebih tau di bagian mana mahasiswa sebenarnya kurang begitu memahami, tapi ngomongnya iya iya aja.
Namun, belakangan, gue memutuskan untuk ngga menyusup ke kelas itu lagi. Akibat menyusup yang satu pertemuan itu, gue jadi ketinggalan materi di kelas sendiri. Terlebih karena pembahasan materi di kelas gue udah kayak, two weeks ahead of this other class. Gue pikir gue masih bisa kok mengikuti penjelasan ibu dosen gue, jadi meski penjelasan di kelas sebelah lebih lambat dan mudah dicerna, gue tetep milih yang ini aja karena ngga merepotkan (gue harus absen, pindah kelas, lalu memastikan materi apa yang dipelajari di kelas gue setelahnya setiap mau menyusup)
Intinya, tatap muka PSD: i am speed. Tapi entah bagaimana alam bawah sadar gue masih bisa nangkep penjelasannya meski setengah bengong, setengah tidur, dan setengah pasrah. nah lho jadi satu setengah
PJJ
Dibanding dengan mata kuliah lain yang juga terserang dampak PJJ, menurut gue PSD adalah satu yang paling terstruktur. Setiap pekan ada beberapa video materi yang harus ditonton, dan dilanjutkan dengan beberapa latihan yang memastikan materi di video udah masuk ke pemahaman.
Pembawa materinya adalah ibu koor dosen, yang gue bilang penjelasannya lebih lambat dan mudah dicerna. Jadi selama sisa semester itu semuanya belajar dari beliau. Proses ngerekam video pembelajarannya sepertinya dilakukan in batch, jadi kadang gue sama temen gue suka tebak-tebakan kapan ibu koor dosen akan ganti kostum.
Seusai nonton video pembelajaran, harusnya mahasiswa beralih ke forum diskusi untuk adu bacot memantapkan pemahaman mengenai materi pekan ini. Kadang ibu koor dosen ngasih pertanyaan pemicu untuk mulai diskusi. Tapi pada kenyataannya, forum diskusi hampir sama sepinya kayak blog ini.
Ada beberapa temen gue yang setor muka doang di awal pekan, yang penting udah nongol di forum sekali, menanggapi pertanyaan pemicu, terus ngga pernah muncul-muncul lagi. Ada yang nongol dan bilang,
Selamat siang
Saya setuju dengan pendapat saudara di atas.
Terima kasih.
Salam, Nama Saya.
(no kidding, jarak antar barisnya ngga pernah kurang dari dua spasi.)
Ada juga yang beneran hadir di forum untuk diskusi dan betul-betul memikirkan konsep yang diminta oleh pertanyaan dan masalah pemicu. Tapi yang seperti ini sudah endangered, terancam punah. Terakhir adalah yang menjadi mayoritas, yaitu yang bahkan ngga pernah berkunjung ke forum diskusi sama sekali.
Selain baca materi dari slides dan nonton video pembelajaran, beberapa playlist di youtube lumayan membantu sih. Kalau mau cari supplementary untuk matkul ini, keyword yang bisa lo pake adalah Digital Electronics dan materi spesifik apa yang ngga lo pahami. Playlist ini lumayan membantu gue kemaren. Cekidot.
Quiz Mingguan
Ini bagian yang rada brutal. Quiz mingguan diadakan setiap hari minggu jam 20.00 di tempat masing-masing. Durasinya hanya, jeng jeng jeng jeng, sepuluh sampe dua puluh menit.
Di awal-awal sebelum PJJ, quiz mingguan ini jauh lebih brutal dari yang seharusnya. Pertanyaannya berkisar antara dua puluh sampe tiga puluhan. Ke sininya jumlah pertanyaan semakin menyusut, meski waktu yang diberikan kira-kira tetep segitu.
Quiznya diadakan di scele. Materi yang keluar adalah materi yang dipelajari pekan itu. Sebelum PJJ, quiz ini ngga bener-bener mingguan diadakannya, melainkan setiap selesai pembahasan satu bab. Setelah PJJ dimulai, pelaksanaannya bener-bener setiap minggu.
Penilaiannya dilakukan otomatis, jadi setelah waktunya habis, nilainya langsung bisa dilihat. Yang selalu terjadi adalah, antara kunci jawabannya yang ngaco (kemungkinan salah input atau salah ketik) atau soal yang rancu. Ini yang bikin temen-temen gue ngga pernah lelah memenuhi forum diskusi quiz mingguan.
Sekitar setengah jam setelah quiz, forum tersebut selalu rame. Jauh lebih rame dibandingkan dengan forum diskusi materi sepanjang minggu. Isinya seputar orang-orang yang nanya "Misi, ini jawabannya apa ya?", "Kok gini sih?" atau, "Jawaban saya harusnya bener, kok disalahin?". Somewhere along those lines, hanya saja dengan Bahasa Indonesia yang baik tapi ngga benar-benar amat.
PR & Tugas Mandiri
Tugas mandiri ini diberikan untuk setiap bab. Soal-soal nya ngga pernah banyak, selalu di bawah sepuluh. Pertanyaannya juga mirip dengan soal lab. There's nothing much else to say here.
Tips untuk yang ini, bekerja sama sebanyak-banyaknya dengan teman lo. Kalo mau ngerjain bareng, silakan. Tapi ada baiknya lo selesaikan dulu, baru terakhir dicocokkin bareng temen. Dengan begitu setidaknya lo tau apa yang sebenarnya lo kerjakan, dan setelah nyocokkin lo jadi tau di bagian mana pemahaman lo keliru, dan mana yang udah bener.
Dengan cara ini, lo dan temen lo bisa sama-sama dapet nilai bagus di tugas mandiri (ini sangat membantu untuk naikin nilai akhir), dan pemahaman yang lebih mantap. (remember that two heads are better than one)
Lab
Lab ini salah satu bagian seru yang suka bikin frustrasi. Berhubung lab gue diadakan persis setelah lab PPW, sering kali gue udah kehabisan brainpower untuk mencerna soal dan berakhir pasrah.
Pernah sekali waktu gue bener-bener kehabisan brainpower. Lab PPW juga gue hanya duduk di sana dan ngga benar-benar ngerjain. Saat akhirnya tiba di lab PSD, gue ngambil posisi di pojok (memang bangku langganan gue) dan tidur untuk setidaknya lima belas menit pertama.
Yang dilakukan di lab adalah seputar circuit design dan programming. Untuk programming, pake verilog. Ini adalah software gede yang agak mematikan untuk laptop pribadi kalau lo memilih untuk install sendiri. Untungnya software ini sudah ter-install di semua komputer lab, jadi tinggal pake aja. Gue yang emang selalu mengandalkan komputer lab untuk kegiatan lab ngga ngerasa ada bedanya.
Programming di verilog jauh beda dengan yang biasa gue lakukan di matkul lain. Bahasanya juga jelas beda (gue ngga yakin apa namanya, karena takut salah, jadi silakan look up sendiri wkwkwk). Ada asdos yang bikin semacam guidebook for newbie untuk jadi walkthrough di lab pertama. Lab seterusnya gue tinggal nulis code berdasarkan walkthrough itu lagi aja karena konsepnya ngga beda jauh, dan logikanya sebenarnya ngga sulit dipahami. Cuma bahasanya aja yang agak sulit dibaca.
Untuk bagian circuit design, kita pake software namanya logisim. Logisim ini juga yang dipake jadi penunjang selama PJJ dan seterusnya, berhubung akses ke verilog di komputer lab jadi terputus sejak PJJ. Di logisim ini lo bisa basically gambar-gambar sirkuit semaunya (plus it can be simulated).
Waktu awal-awal, gue dan teman-teman sangat impressed dengan apa yang bisa kami lakukan dengan logisim. Excited setiap nemu fitur baru. Yang lumayan mengesankan, mengingat software ini ngga berat sama sekali, bahkan untuk laptop gue yang purba.
Kata kunci yang sering dipake oleh ibu dosen gue adalah: PSD is fun™. Asik dan menarik™. Untuk kalian yang suka desain-desain, di PSD bisa. Pake logisim. Untuk yang lebih suka programming, di PSD juga bisa. Pake verilog.
Pokoknya beliau ngga pernah lelah mempromosikan betapa asiknya mata kuliah yang beliau ajar, dan selama ngajar selalu antusias, seolah berusaha menularkan antusiasmenya ke kita-kita. Sayangnya yang beneran ketularan ngga banyak.
UTS
G E G E R .
UTS nya diadakan dalam dua sesi. Sesi pertama isinya pilihan ganda dan pengerjaannya mirip dengan quiz mingguan. Sesi kedua essay, pengerjaannya mirip dengan pengerjaan lab.
Sempet terjadi skandal di angkatan gue mengenai UTS ini. Mulai dari beberapa mahasiswa yang #busted sampe skandal keluh kesah di twitter yang harus dibawa ke kemahasiswaan dan fakultas. Gara-gara skandal twitter ini, semua ketua angkatan yang aktif, orang kemahasiswaan, dosen PSD, plus ibu dekan fasilkom sampe harus rapat darurat membahas konsekuensinya. Rame banget pokoknya waktu itu.
Di luar semua itu, gue sempet kena imbas anxiety parah karena dosen-dosen bikin pengumuman di scele mengenai kekecewaan mereka akibat ada mahasiswa yang ketauan, wait, bahasa mereka 'terindikasi', melakukan plagiarisme. Meski gue tau faktanya gue ngga melakukan, tetep aja anxious. Gimana kalo gue kena salah tuduh-- dan beberapa pikiran ngga baik lainnya. Di suatu titik, gue sempet ngga semangat ngapa-ngapain karena takut. Yang harusnya gue ngerjain story PPW, tapi karena lemes abis baca pengumuman indikasi itu, jadi ngga sanggup ngelanjutin.
That stuff was bad for my health. :'(( 20/10 wont do it again.
UAS
There's nothing much to say tentang ini. Sebagian besar pendapat gue udah disampaikan di Review UAS Semester dua.
UAS PSD berjalan jauh lebih lancar dari perkiraan gue. Terlalu lancar sampe gue bertanya-tanya apakah ada yang salah. Pelaksanaannya hampir sama dengan UTS, bagian pertama pilihan ganda dan bagian kedua essay.
Essay nya agak out of the box. Gue disuruh bikin 7-segment display (fitur yang sebenernya udah ada di logisim tapi belum pernah disentuh sebelumnya) yang nampilin empat digit terakhir NPM gue. Meski awalnya sempet flabbergasted melihat soal ajaib begini, tapi setelah gue baca ulang dan break down apa aja yang sebenarnya harus dikerjakan, rupanya lumayan simpel.
Beruntunglah temen-temen gue yang punya NPM cantik. Ada temen gue yang empat digit terakhir NPM nya 3000 =^= Lucunya di hari ujian PSD itu dia lagi ulang tahun. He be like: stonks. Hadiah ultah tahun ini: NPM cantik untuk ujian PSD. :D
Conclusion
this was a torture, terutama setelah tau kalo gue harus ngulang karena state diagramnya salah :))
Ada ibu dosen yang seneng banget dengan PSD. #PSDisFun. Ada juga temen gue yang despise PSD. Gue rasa gue hadir di tengah-tengah spektrumnya. PSD bukan matkul yang benar-benar menyenangkan (jelas ngga lebih menyenangkan dari PPW atau DDP), tapi ngga begitu buruk juga. Beberapa materi memang harus bikin gue memutar otak tujuh kali sebelum mudeng apa sebenarnya yang lagi dibahas, sementara materi lain melibatkan gue bereksperimen menggunakan excel dan google sheets untuk bikin tabel warna warni (yang sangat colorful, mind you). Selain itu, ada kesenangan tersendiri saat sirkuit lo akhirnya udah selesai DAN BEKERJA SESUAI DENGAN YANG LO INGINKAN.
Poin terakhir itu sering bikin gue nyanyi lagunya Chrisye, menjadi seperti yang kau minta. :')) Terus gue jadi sedih sendiri karena aku tau ku takkan bisa. Aku tau dia yaaaaang bisaaaaa-- menjadi seperti yang engkaaaaau mintaaaa :'))
Oke sampe situ aja nyanyinya.
See you on the next one~