Published on

Pacilian Productivity

19 min read
Authors
  • avatar
    Name
    Asfiolitha Wilmarani
    Trakteer
productivity tips for fasilkom students

Udah mau akhir semester. Udah tahun baru pula. Setahun kemarin rasanya kurang berwarna, ya? Staying at home for an entire year really messes with my sense of time. Padahal dulu-dulu gue sering bercanda, we need a six-month-long holiday, twice a year. Wkwkwkwk tentu saja maksud gue bukan yang seperti ini.

Anyway, berhubung semester ini sudah mau berakhir, dan sebentar lagi back-to-school season, masa-masa pembaruan semangat dan sebagainya, gue pengen berbagi tentang Pacilian Productivity and Organization. Bagaimana gue bertahan hidup sebagai Pacilian dengan beban seperti PSD, POK, SDA, dan Kalkulus, dan tetap bisa mengerjakan hal lainnya.

Ini ngga hanya berlaku untuk Pacilian aja, karena sejujurnya most of these sudah gue terapkan sejak SMA, bahkan beberapa sejak SMP. Hanya saja, system-nya berkembang seiring kebutuhan gue juga.

Let's get into it? Inilah bagaimana Litha bekerja behind the scenes. 😄

File System

First off, setiap semester baru, hal pertama yang gue pastikan sudah ready adalah folder-folder di filesystem laptop gue. Berhubung inilah yang akan menjadi hub gue selama satu semester ke depan.

Struktur foldernya lumayan self-explanatory dan biasa aja sebenernya. Tapi adanya mereka itu sangat penting untuk kelanjutan kehidupan perkuliahan/sekolah gue. Ini mempercepat proses "kemaren gue taro file nya dimana ya?". Percayalah, nyari file dalam folder yang berantakan itu sebuah siksaan.

file system for schoolfile system for college

Struktur directory filesystem gue kira-kira seperti gambar di atas. As you can see, ini sudah gue pertahankan sejak kelas 7 SMP. O_O

The Big Folders

Ini adalah folder School dan Study Materials. Mereka root directory yang menyimpan semua keperluan file sekolah gue, termasuk beberapa file lain yang masih berkaitan dengan akademis. Di folder Study Materials kalian bisa lihat gue juga punya folder CV and Resumes dan Personal Document juga. Sebenernya bisa aja gue posisikan folder ini di luar folder kuliah, tapi seringnya gue memerlukan file dalam dua folder itu dalam rangka akademis juga, jadi dengan meletakkannya di situ, dia lebih easily accessible.

Kunci dari semua organization yang gue terapkan itu easy-access. 😄 Semakin sering gue harus mengakses file atau folder tersebut, aksesnya harus lebih gampang. You know, for efficiency.

Term / Semester Folders

Ini adalah folder yang paling sering gue buka dalam satu semester. Setiap awal semester baru, gue akan buat folder tersendiri dengan nama yang deskriptif, Third Semester, beserta subfoldernya. Self-explanatory sih. Jadi folder yang ini lebih dikelompokkan berdasarkan timeline. Semester satu, dua, tiga, kelas tujuh, delapan, sembilan, dst.

Course Subfolders

Ini folder yang misahin file untuk setiap mata kuliah / mata pelajaran. Normally gue akan langsung taro file nya di dalam satu folder besar dengan judul si nama mata kuliahnya, tapi untuk beberapa matkul yang ada labnya, gue buat subfolder lagi dalam folder matkul tersebut. Contohnya kayak SDA dan POK, dalamnya itu ada subfolder Lab1 sampe akhir. Ini mempermudah untuk buka directory di IDE nya aja sih, jadi gue ngga susah untuk nyari file programnya dalam satu folder besar yang nyampur-nyampur sama file pdf dan lain-lain.

Other Subfolders

Kadang ada beberapa acara, kepanitiaan, atau keperluan lain yang akan membutuhkan folder tersendiri dalam hub gue. Inilah gunanya folder Webinar, Compfest, dan lain-lain. Karena gue perlu mereka dalam easy-access, jadi gue posisikan foldernya di tempat yang akan sering gue kunjungi juga. Biasanya gue juga naro folder untuk personal project itu dalam folder semester ini, tapi ke sininya gue memutuskan untuk naro semua project gue dalam satu folder Projects yang tadinya gue pake untuk file-file design. Sekarang jadi campur sama project programming. ☺️

Notetaking System

Ini sebenernya bukan topik favorit gue, karena meski memang harus diakui, iya, gue bikin catatan untuk belajar, sejujurnya gue ngga pernah belajar dari catatan. Wkwkwk. Jadi seringnya setelah catatannya gue tulis, halaman itu ngga pernah gue buka-buka lagi. Malah gue akan mencoba cari catatan orang lain untuk dibaca.

Untuk gue, catatan itu membantu gue memahami pelajaran. Kalo gue udah bisa menyusun konsepnya secara tertulis, gue kurang lebih udah paham. Lalu, berhubung semenjak kuliah gue udah ngga dapat pelajaran yang memerlukan hapalan (bless you, pacil), gue jadi jarang merasa perlu buka-buka catatan lagi. But here's my process.

Digital

Semenjak PJJ gue jadi ngga pernah ngebuka binder yang selalu gue bawa ke mana-mana di kampus. Jadi untuk beberapa matkul yang memerlukan pengumpulan dengan tulisan tangan, gue nulis secara digital untuk menghemat kertas.

Gue punya pen tablet sejak akhir SMA mungkin, setelah nabung dengan jerih payah side hustle (membatik, if anybody gets the reference 😆). Jujur, punya pentab di saat seperti ini sangat membantu. Semester lalu ada matkul yang ngeluarin worksheet tiap pekannya, dan itu wajib dikerjakan dengan tulisan tangan. Berhubung di rumah gue nggak ada printer yang fully-functional, gue akhirnya cari cara lain untuk mengerjakan, that is: OneNote.

OneNote

Gue pake OneNote untuk keperluan yang memerlukan tulisan tangan, tapi nggak diwajibkcan untuk scan. Ini berlaku untuk worksheet-worksheet beberapa matkul, dan sekali waktu untuk grinding matdas wkwkwk. Intinya kalau ada pilihan untuk mengerjakan dengan alat tulis digital, gue memanfaatkan OneNote.

Dia infinitely-scrolling, jadi ngga perlu buat new page setiap kali catatan gue kepanjangan. Cuman downside nya mungkin sewaktu export ke PDF. Karena infinitely-scrolling, gue jadi nggak punya bayangan di mana halaman pertama habis dan halaman kedua dimulai. Saat mau export tugas yang udah selesai, gue harus liat print previewnya beberapa kali untuk memastikan layoutnya sudah acceptable, baru gue export dengan cara print to PDF. Agak repot memang, tapi gue udah nyaman dengan workspace nya dan sejauh ini belum menyempatkan untuk cari alternatif lain.

Notion

Untuk catatan atau tugas yang boleh diketik, gue pake Notion. Sejujurnya gue udah pernah mendengar tentang app ini sejak lama, tapi baru dapat ilham beberapa bulan lalu waktu gue jadi mentor DDP0. Kebetulan project officer beserta staf-stafnya adalah pengguna Notion yang religius (I'm not kidding, kalau ngomongin Notion dia udah kayak sales). Berkat influence dari mereka, dan seuprit pengalaman gue pake Notion selama jadi mentor, gue terjerumus ke dalam productivity system yang bernama Notion.

Tadinya gue pake Evernote untuk catatan-catatan yang typed, juga untuk writing projects gue. Hanya saja, setelah menemukan app yang lebih powerful dan robust, gue hijrah deh. Jadi sekarang gue ngerjain tugas seperti laporan tutorial, atau PR yang boleh diketik, itu lewat Notion. Gue dimudahkan karena bisa pake syntax markdown, jadi gue nggak lama-lama bermain dengan formatting. Setelahnya tinggal export to PDF. Downside nya, pake syntax markdown WKWKWK. Jadi meski memudahkan dalam hal gue ngga perlu repot-repot formatting, ini juga membatasi gue yang sering banyak mau dan pengen formatting ini-itu.

One good thing with having digital notes adalah, gampang banget untuk ngeshare nya. Gue dan beberapa teman gue sharing catatan matkul dengan bagi-bagi link Notion, dan bisa diatur supaya bisa publicly viewed. Waktu nulis draft untuk artikel ini juga gue pake Notion.

Handwritten

Kalo untuk notes yang literally handwritten, pake pen and paper, sejujurnya frekuensinya sudah sangat berkurang semenjak PJJ. Gue jauh dari binder, dan berhubung meja kerja gue sudah penuh dengan laptop dan barang-barang lain, space untuk naro binder B5 yang gue pake sejak SMA itu jadi semakin berkurang. Akhirnya untuk beberapa waktu, gue meninggalkan handwritten notes sama sekali.

Tapi belakangan ini gue kembali bikin handwritten notes lagi, di spiral-bound notebook. Berhubung notebook yang seperti ini bisa gue lipat sampe covernya di belakang, dia nggak terlalu makan tempat seperti binder B5 gue. Jadi lebih enak aja posisi nulisnya di meja.

Notebook A5 ini sekarang gue manfaatkan untuk nulis lecture notes untuk matkul-matkul yang berat di konsep, seperti Alin dan Kalkulus. Kalau untuk Alin biasanya gue nyatet sambil dengerin dosen ngomong via zoom, tapi kalo Kalkulus, catatannya itu catatan saat gue self-study. Karena seringnya saat kelas sync, gue udah terlalu kesulitan fokus untuk bisa memahami apa-apa :"))

spiral-bound notebook

Notebooknya yang ini. Gue isi dengan catatan pake pensil, karena gue mau ngirit tinta pulpen wkwkwk. Meski harus diakui, catatan dengan pulpen itu lebih mudah dibaca karena lebih kontras, tapi gue rasa nulis dengan pensil juga udah sufficient kok.

Downside dari pake notebook yang spiral-bound begini adalah gue ngga bisa ngatur-ngatur urutan halamannya. Jadi gue semakin jarang ngebuka ulang catatan yang udah gue buat, karena susah nyarinya lagi. Tapi ini bukan masalah besar sih, karena sebagian catatan yang gue buat itu hampir semacam active-reading notes, mirip flow method. Jadi ngga benar-benar terstruktur meski kelihatannya rapi. Kalau dibaca ulang pun gue belum tentu mengerti apa yang sebenernya mau gue utarakan. Itu rapinya kalo zoomed out doang kok, kebetulan tulisan gue lurus kek printer WKWKWKWK.

Planning

Ini mungkin masuk bagian yang menarik ya? Jujur beberapa bulan belakangan, I fell very behind on planning. Gue menjalani hari ngga ada juntrungan, rasanya ngga ada gunanya juga bikin rencana kalau akhirnya gue ngga akan punya cukup energi untuk melaksanakan semuanya. Well, in short, gue ngga ngerasa cukup kuat untuk mempertahankan planning system yang sudah gue gunakan selama kuliah di kampus. Tapi rupanya perubahan ini berefek juga ke kewarasan gue :")) this and that about mental health and stuff.

Jadi akhirnya belakangan ini, I decided to pick up my pen and start planning again. Gue taro bullet journal gue di meja dan ngga pernah gue tutup (for easy access ;) ) jadi setiap gue duduk di depan meja belajar, I have everything in front of me. To do list untuk hari ini biasanya ngga langsung gue tulis di malam sebelumnya, jadi di awal hari (perhatikan gue ngga bilang di pagi hari, karena belakangan memulai hari di pagi hari itu terlalu berat untuk gue :")) ) gue duduk dan nulis daily log. Setelah itu baru gue gambar divider dan nulis to do list untuk hari ini, sekaligus events dan appointments yang gue punya hari ini.

Inilah yang gue ulangi setiap hari selama beberapa minggu terakhir, dan rupanya this simple act of writing everything down gives me a sense of control. Bahwa gue masih pegang kendali lho atas keseharian gue, ngga lagi menjalani hari tanpa juntrungan kayak orang ngga punya semangat hidup.

Daily Plan

daily spread

Selama beberapa tahun belakangan gue memanfaatkan layout daily plan seperti ini karena gue pengen punya space untuk journaling. Tempat gue bisa menumpahkan pikiran secara tertulis tanpa mengganggu space untuk planning.

Tadinya gue pake layout yang fix-sized, pake kotak-kotak gitu. Tapi ternyata pada beberapa hari tertentu saat pikiran gue lagi ruwet, gue kekurangan tempat untuk journaling. Akhirnya gue pindah ke layout yaitu two-column per page, dengan kata lain ngga ada layoutnya. Ini gue temukan lumayan cocok dengan style planning gue yang melibatkan journaling juga, jadi gue bisa nulis sepuasnya tanpa harus khawatir merusak layout — karena emang ngga ada layoutnya. :D

Events & Appointments

Ini appetizer of the day. Berhubung gue pake Google Calendar juga, gue seringnya cukup memindahkan acara-acara atau rapat yang udah dijadwalkan di Google Calendar ke sini. Events dan appointments seperti ini gue tandai pake lingkaran, gue tulis apa keperluannya, dan waktunya jam berapa.

Untuk waktu, gue pake military time :D Seperti 1230 untuk 12:30 siang, atau 0900 untuk jam 9 pagi. Format penulisan seperti ini lebih irit tempat karena gue nggak perlu nulis am atau pm, sekaligus gue langsung tau ini maksudnya pagi atau siang karena selalu konsisten. Gue nggak mungkin nulis 0800 untuk acara yang diadakan jam 20 malam.

To Do List

To Do list ini main course nya. Di beberapa hari tertentu, gue udah menentukan apa aja yang ingin gue kerjakan hari ini, dari awal gue memulai hari sampe akhir. Tapi belakangan, gue menemukan bahwa gue akan merasa lebih bebas kalau gue ngga langsung menulis semuanya. Jadi gue mulai dengan beberapa task yang remeh temeh dulu, misalnya bikin kopi instan, atau mandi, atau sisir rambut. Task-task sepele seperti ini juga ikut gue tulis untuk menambah sense of accomplishment.

Untuk task yang mendekati level berat, seperti ngerjain tugas dan sebagainya, itu gue mulai dengan pecah-pecah jadi beberapa task kecil dulu. Misalnya, buka dokumen soal, baca soal, buat starter document, work on assignment, baru terakhir submit assignment. Lagi, tujuannya adalah untuk menambah sense of accomplishment. Gue rasa menyelesaikan tugas itu perlu dihargai lebih dari menyentang hanya satu task aja, karena workloadnya jelas lebih berat dari task-task lain.

Terus, untuk task yang berat ini, gue berusaha untuk ngga menulis lebih banyak dari lima di awal hari. Seiring berjalannya hari, kalau ternyata gue berhasil menyelesaikan semuanya, gue jadi punya pilihan untuk nambah task lagi, atau call it a day dan istirahat sepanjang sisa hari itu. I find that very freeing dan dengan task list gue yang tercoret penuh, gue jadi ngga ngerasa punya obligasi untuk stay di depan meja belajar dan bukannya istirahat.

Kalau ternyata pada akhirnya gue ngga berhasil menyelesaian task yang gue tambahkan belakangan, it's okay. Tinggal gue pindahin ke to do list besok, no biggie. Pokoknya gue udah menyelesaikan semua yang gue rencanakan di awal, and I can say it's a good day :D

Daily Log

Daily log ini adalah section yang memakan separuh, if not tiga perempat dari keseluruhan bullet journal gue. Seringnya untuk to do list yang seperempat halaman, journaling gue akan memenuhi setengah sampe satu halaman sendiri. :D

It's written in cursive. Ini sebenarnya mulai gue terapkan udah lumayan lama, tujuan utamanya adalah biar kalau melihat sekilas doang, akan lebih sulit dibaca WKWKWKWK. Jadi sejarahnya, tulisan cursive gue itu sangat jelek. Like, tidak bisa dibaca. Sampe mak gue yang mengajarkan gue menulis lurus kek printer aja komentar, "Ta, tulisan sambung kamu kok jelek?". I'm not kidding.

Tapi itu sekitaran SD sih, sewaktu gue pertama kali disuruh nulis pake pulpen dan nulis sambung untuk segala hal. Namun, ke sininya karena nggak pernah ada keperluan yang mengharuskan gue untuk nulis sambung, tulisan gue nggak pernah improved. Jadi journaling dengan cursive ini juga sebenernya salah satu upaya gue untuk ngebagusin tulisan cursive. Efeknya lumayan kelihatan, meski masih sulit dibaca dan terlalu squiggly (jujur, kadang gue harus berpikir empat kali dulu saat baca ulang journaling di daily log ini karena tulisan gue literally hanya squiggles) sekarang udah kelihatan lurus. But again, karena tujuan utamanya memang supaya lebih sulit dibaca, jadi bukan masalah besar :D

Oiya, isinya sendiri, kira-kira highlight yang terjadi di hari itu, sekaligus pikiran-pikiran yang muncul di kepala gue sepanjang hari atau saat menulis—both interesting and intrusive ones. Misalnya seperti, hari ini gue mimpi indah, atau, hari ini gue tidur nggak nyenyak. Juga kadang gue nulis kejadian-kejadian mundane yang terjadi, seperti gue self-study di perpusat tadi sore, atau gue menghabiskan sore sambil nonton sunset di danau kenanga (I miss those days, no kidding :"))) ). There's a reason it's called a daily log, it's because it is a log of what happened in that day.

Weekly Plan

weekly spread

Selain daily plan, belakangan ini gue juga dapat inspirasi untuk kembali memanfaatkan weekly spread. Setelah nonton videonya Holly Gabrielle (yet I'm not even subscribed to her), ternyata gue bisa melihat keuntungan dari weekly plan lagi.

Seingat gue, gue meninggalkan weekly plan ini sekitaran akhir SMA karena gue ujung-ujungnya nggak pernah kembali ke spread itu juga. Pada akhirnya gue terfokus di daily spread gue aja, yang berisi to do list dan lain-lain di atas.

Tapi rupanya dengan kondisi PJJ gini, penting untuk gue bisa melihat beberapa hari ke depan. Karena ada beberapa recurring assignments yang terjadi setiap pekan, dan punya deadline yang sama setiap pekan. Recurring assignments ini, karena rutin, ngga gue masukkin ke Google Calendar maupun list assignments, alhasil, gue sering melupakannya. Jadi inilah fungsi utama si weekly spread gue.

Week At A Glance

week at a glance

Gue buat enam kolom kecil di atas untuk setiap hari dari Senin sampai Sabtu. I made a point some time ago untuk tidak merencanakan apa-apa untuk hari Minggu. Well, weekend sebenarnya. Tapi kadang urusan kuliah tidak mengenal weekend, akhirnya gue harus belajar menerima bahwa hari Sabtu juga sebenarnya masih hari kerja. Tapi gue tetap meninggalkan minggu untuk hari kosong, kalau ada tawaran rapat, gue minta reschedule, atau kalau ada event, kalau nggak menarik-menarik amat, gue ngga mengharuskan diri untuk ikut. Inilah kenapa cuma Senin sampai Sabtu.

Kolomnya kecil-kecil karena gue hanya perlu nulis event-event atau task yang ingin gue rencanakan sejak awal minggu. Beberapa contohnya adalah ada deadline checkpoint SDA setiap hari Rabu, itu gue tulis. Lalu ada deadline refleksi mingguan di setiap akhir pekan, itu juga gue tulis. Atau jadwal kelas sync setiap minggu, itu kadang gue tulis kalau memang nggak konsisten setiap pekannya.

Di sini juga kadang gue nulis task. Task yang gue tulis di sini adalah cara gue untuk menjadwalkan sebuah task yang ada di horizon (akan dijelaskan di bawah), untuk nantinya dimasukkan ke daily spread gue di hari itu. Kasusnya adalah misal gue punya tugas yang deadline nya mepet, empat hari lagi, dan gue pengen mulai ngerjain lusa. Sebelum ada weekly spread ini, gue nggak punya cara untuk menjadwalkan pengerjaan tugas itu selain masukkin jadwal ke Google Calendar. Lebih seringnya, gue kelupaan. Jadi inilah fungsinya.

Academic Horizon

academic tasks

Horizon ini adalah istilah yang gue pake untuk semua task yang bisa atau harus gue kerjakan dalam waktu dekat, tapi nggak sepenuhnya urgent. Istilah ini gue bawa ke mana-mana, termasuk saat gue jadi some kind of team manager di suatu project. Rekan satu tim gue akan tau apa yang gue maksud dengan horizon wkwkwk.

Bentuknya bisa beda-beda, kadang horizon adalah one giant colorful spreadsheet with a bunch of task, tapi dalam kasus ini, horizon gue adalah satu list task dengan kategori tertentu.

Gue punya kategori tersendiri untuk akademis, affectionately titled Academic Life. Isinya adalah semua task yang berhubungan dengan kehidupan kuliah, seperti self-study, kerjaan kepanitaan atau organisasi, atau mini-assignments seperti partisipasi di forum. Mereka nggak punya jadwal tersendiri, jadi gue akan ngerjakan task-task ini seiring berjalannya pekan. Task-task dalam horizon ini jugalah yang akan jadi pilihan gue kalau setelah gue berhasil menyelesaian semua task di plan awal.

Inilah kenapa gue sebut dia horizon wkwkwk. Jadi apa yang sekarang jauh, tapi suatu saat akan dekat (apasih lith). Intinyaaa, dia adalah semacam future plan gue saat gue udah menyelesaikan task yang direncanakan, tapi masih punya cukup energi untuk mengerjakan lebih banyak, gitu.

Misalnya setelah pekan berlalu dan masih ada task yang tersisa di horizon, no biggie. Gue cukup mindahin task nya ke horizon pekan depan. Kan emang itu tujuannya :D Akan dikerjakan, tapi tidak sekarang WKWKWKWK.

Personal Horizon

I have a life

Personal horizon ini adalah kategori lain untuk hal-hal yang tidak melibatkan akademis. Misalnya seperti self-care, atau personal project yang ingin gue coba. Belakangan ini gue semakin menyadari pentingnya punya kehidupan di luar kehidupan kampus :"))) hence this category is affectionately titled "I have a life".

Kadang gue juga nambahin task yang berupa 'menjalani hobi' di section ini. Hanya saja, karena padatnya jadwal kuliah dan kepanitiaan dan lain-lain, gue harus merelakan bahwa section ini hanya seperdelapan halaman saja :")).

But again, karena ini adalah section yang fokus kepada gue dan apa yang gue ingin lakukan, gue rasa membuat ukuran section yang terlalu besar dan nambahin terlalu banyak task malah akan menimbulkan efek yang berlawanan. Kesannya seolah gue harus eventually melakukan semua itu, dan rasanya malah akan seperti punya lebih banyak task. Padahal harusnya bagian ini melibatkan aktivitas yang bisa bikin gue destress dan rada lebih hepi.

Assignments

life struggles

Karena terlalu generic, jadi gue kasih judul yang lebih seru, "Life struggles". Because aren't they all? WKWKWKWK.

In short, section ini adalah tempat gue menulis semua tugas yang lagi running, beserta deadline dan mata kuliahnya. Garis pembatas itu gunanya untuk ngebatasin bagian gue nulis tanggal dan judul si tugasnya sendiri. Di bawah nanti ada contoh yang udah diisinya.

Seperti yang kita ketahui bersama, dalam satu pekan bisa ada empat tugas yang running secara bersamaan :"))) Tentu saja mereka nggak release bersamaan dan punya deadline yang berbeda-beda, tapi bayangkan aja beban pikirannya.

Beban pikiran inilah yang menghentikan gue jadi deadliner. Dengan menyelesaikan tugas jauh sebelum deadline, gue jadi punya lebih banyak space dalam otak gue dan bisa mengalokasikan lebih banyak brainpower ke hal-hal yang terjadi sekarang instead of akan terjadi.

Oiya di section ini gue menuliskan tugasnya sebagai satu task besar, jadi belum dipecah-pecah. Pemecahan ini akan gue lakukan nanti saat gue mindahin task nya ke daily spread. Tujuannya untuk menghemat tempat, berhubung section Life struggles ini hanya menempati kira-kira seperdelapan halaman.

Printables / Digital Planner Layout

filled out example

Contoh weekly plan layout gue yang udah diisi kira-kira seperti ini. Tentu saja isinya ngga melambangkan apa yang lagi terjadi saat ini berhubung sekarang udah masa UAS >_> tapi kira-kira fungsionalnya begitu.

Terus, untuk kamu-kamu yang mungkin pengen coba sendiri buat layout begini tapi males gambar-gambar sendiri, gue buat versi blank nya nih. Bisa diprint, atau langsung dicoret-coret digitally, whatever suits your boat. Ada beberapa versi juga, gue buat light and dark theme, plus satu lagi versi vintage junk journal theme 😄

available color schemes

Ini bisa di-download for free di halaman karya di trakteer.id/lyth. Ceritanya gue baru buat akun trakteer, heheheh. Might as well use it. While you're there, gue akan sangat senang kalo gue ditraktir choco latte~

Closing

Ternyata banyak juga ya yang bisa gue share :")) Selama ini kalau ditanya tentang productivity, organization, planning, dan gitu-gitu gue selalu bingung gimana jawabnya. Di satu sisi karena gue nggak pernah punya jawaban singkat, semuanya berhubungan. Di sisi lain, gue nggak yakin lawan bicara gue akan tetap tertarik sampe gue selesai cerita semuanya wkwkwk.

Artikel ini juga dibantu oleh pertanyaan-pertanyaan yang diajukan teman-teman gue via social media. Meski ada beberapa pertanyaan yang ngga sesuai topik >_> gue harap gue berhasil merangkum setidaknya yang berkaitan dengan productivity dan organization di sini. Juga semoga membantu, atau menginspirasi kamu, yang menyempatkan baca sampe akhir (makasih banyak :")) kamu luar biasa), untuk jadi organized juga (I'm not saying I'm organized, tapi kalau gue berkata begitu rasanya akan ada yang protes).

Anyway, segitu dulu. Kalau ada kesempatan, mungkin lain kali gue akan menulis tentang planning secara lebih intensif, seperti setting goals dan achieving goals. Karena rupanya ada yang tertarik untuk mendengar pendapat gue tentang hal ini juga :"))

See you on the next one~