- Published on
Review Pengalaman Asdos DDP1
- Authors
- Name
- Asfiolitha Wilmarani
- Trakteer
Berhubung pendaftaran asdos udah dimulai lagi, gue mau sharing tentang pengalaman gue ngasdos (jadi Asisten Dosen) semester lalu.
Ceritanya kemarin itu pengalaman pertama gue ngasdos, jadi saat itu gue sama bingungnya seperti maba-baru-naik-tingkat yang pengen dapet uang jajan lebih. Step pertama tentu saja gue nanya-nanya asdos gue sebelumnya, gimana pengalaman mereka, seberapa banyak workloadnya, dan apa yang harus gue ekspektasikan dari menjadi asdos.
Petuah-petuah mereka akan gue masukkan juga ke sini, barengan dengan pengalaman gue sendiri selama satu semester ke belakang. Semoga bermanfaat~ 😄
Lamaran
Step one nya, jelas, adalah ngelamar jadi asdos.
Ini dilakukan via sistem informasi siasisten.cs.ui.ac.id. Setelah login, lo akan diminta dulu untuk ngelengkapin data diri, ini termasuk nomor hape, waktu kosong, nama bank, nomor rekening, dan foto halaman pertama buku tabungan.
Waktu kosong yang diisi di sini perkiraan aja, karena gue rasa memang agak mustahil untuk tau kapan lo akan punya waktu kosong selama satu semester ke depan.
Kalo untuk foto halaman pertama buku tabungan, pastikan file nya ngga terlalu besar, seingat gue file nya itu harus < 1MB, jadi upload file .jpg aja, jangan pdf. Waktu itu gue sempet mentok di step ini karena user feedback nya kurang jelas, file gue ditolak tapi gatau kenapa (wkwk bad UX). Jadi, pastiin file nya < 1MB dan upload image file, bukan pdf.
Gue denger dari temen sesama asdos juga, kalo rekening kalian ternyata ngga ada buku tabungannya, bisa bikin tulisan di kertas, "Rekening saya ngga ada buku tabungannya" terus difoto dan upload seperti biasa (temen gue ada yang begini). Rupanya itu bukan masalah kok.
Setelah data diri udah lengkap, waktunya melamar~
List lowowngan untuk satu semester udah ada di landing page nya, jadi cukup cari mata kuliah yang mau lo ambil, dan klik Daftar
di kolom paling kanan. Dari situ lo akan dibawa untuk ngisi form, yang harus diisi adalah IPK terakhir, rencana sks yang akan diambil semester depan, dan beberapa syarat lainnya kalo ada. Kalo udah terisi semua, klik Daftar
lagi dan lo udah berhasil terdaftar deh.
Kalo sekarang kembali ke halaman lowongan tadi, status lamarannya bakalan ganti jadi melamar. Status ini bisa berisi tiga kemungkinan: melamar, direkomendasikan, dan diterima. Gue sejujurnya ngga begitu paham arti status direkomendasikan, kabarnya itu artinya ada salah satu dosen dari tim pengajar yang udah menerima lo, tinggal menunggu persetujuan dosen lain dari tim pengajar mata kuliah tersebut. Status diterima cukup self-explanatory, artinya lo diterima sebagai asdos. Nah, kalo status lamaran lo sampe semester udah dimulai masih aja melamar, artinya lo ngga diterima say. Better luck next semester 😢
Saat status lamaran udah berubah jadi diterima, tinggal menunggu untuk dikontak sama koordinator asdos.
Impostor Syndrome
Semester lalu gue melamar di dua mata kuliah, DDP1 dan PPW (sekarang namanya jadi PBP, Pemrograman Berbasis Platform). Tapi sampe masuk kuliah, status lamaran gue di PPW ngga berubah, yang berubah di DDP1 sampe diterima.
Jadi ceritanya di tahap ini gue udah dikontak oleh koordinator asdos DDP1. Mereka ngirim email invitation ke acara rapat perdana dosen dan asisten dosen, udah beserta tanggal dan sebagainya. Setelah itu dibikinin grup chat line, sampe kemudian ada discord server sendiri.
Sejak pertama ngeliat participants yang diundang dari email yang gue terima, gue udah keder duluan. Semua nama yang ada di email itu adalah mahasiswa-mahasiswa ter-OP yang gue kenal, minus beberapa yang memilih mata kuliah lain. Efeknya makin terasa waktu kami udah tergabung di group chat Line. Gila, liat members list nya aja gue ketakutan. I felt like I shouldn't be here.
Group ini berisi orang-orang yang terlalu awesome, dan gue ngga merasa awesome enough untuk join. Wkwkwkwk, I legit thought to myself, "Should I leave and say goodbye now before it's too late?"
In short, it was the impostor syndrome, more or less.
Mana di rapat perdananya pake ada take turns introducing yourself (the bane of my existence). Untungnya gue berhasil melalui hal itu dan dapat dosen yang sangat pengertian dan approachable.
Kelas Assigned
Kelas yang gue dapatkan sangat unik, beda banget dengan kelas yang lain. Satu, awalnya di kelas ini ada 5 asdos yang di-assign, dua di antaranya adalah koordinator asdos yang tersohor. Gue seneng dong, bisa sekelas sama koordinator. I'll be in their care and I can ask them anything.
Tapi rupanya dosen minta koordinator ngga megang kelas, jadi mereka ditarik dari kelas gue dan digantikan satu asdos dari kelas lain yang tadinya juga kebagian 5 asdos. Sekarang satu kelas gue jadi ada empat asisten. Dosennya adalah koordinator asdos dari pihak dosen. Jadi kami sering dapat insider info sebelum infonya disebar ke asdos lain 😉
Beliau juga satu-satunya dosen yang aktif di discord, jadi semua komunikasi lewat situ, dan (ini sih mungkin gue aja yang ngga tau sopan santun) rasanya komunikasi antara beliau dengan asdosnya informal aja, ngga ada tegang-tegang atau apa. Seperti ngobrol dengan kating atasan or something.
Hal lain yang bikin kelas gue unik adalah, dosen gue ngga mau kami in charge of beberapa mahasiswa aja dalam satu semester. Jadi kalo kelas lain, satu asdos hanya memegang sekitaran 12-15 mahasiswa, ngga ganti-ganti selama satu semester, kelas gue asdosnya rolling. Satu kelas dibagi jadi 4 kelompok, dan setiap minggu, asdos yang in charge of satu kelompok akan berbeda. Makanya gue jadi bisa kenal sama mahasiswa satu kelas, bukan seperempat aja. I think this is a really good thing.
Argumen beliau waktu itu adalah, kalo ada mahasiswa yang underperforming, beliau pengen mendengar opini dari semuanya, ngga cuma satu orang aja yang ngomong. Karena by the fourth week of jadi asdos, kami pasti udah kebagian ngasdosin satu kelas. Rupanya, ini memang terbukti valuable, karena kami jadi dapat pendapat dari empat sudut pandang setiap kali ada mahasiswa yang bermasalah.
Unik yang terakhir adalah keberagaman mahasiswa di kelas gue 😆. Kelas ini terdiri dari maba, tentu saja, tapi selain maba juga ada empat orang mahasiswa tingkat akhir dari fakultas lain yang ngambil DDP1 di pacil. Selain itu, di antara maba juga ada sekian orang yang berkuliah sambil kerja, jadi mereka ngga seusia maba-maba yang lain. Pekerjaannya juga ngga tanggung-tanggung, sebagai POLRI 😄. Gimana gue ngga semakin keder, harus jadi asdos mahasiswa tingkat akhir dan POLRI sekaligus?
Tapi untungnya mahasiswa-mahasiswa unik yang gue sebut di atas, juga maba-maba nya, semuanya baik-baik kok. Ngga ada yang gigit. Gue berhasil melalui satu semester tanpa masalah yang berarti.
Jobdesc
Hal yang paling banyak gue pertanyakan sebelum melamar jadi asdos, tentu saja adalah workload nya. Apakah gue bisa meng-handle sekian workload tambahan di samping perkuliahan gue di semester tiga yang konon katanya sangat mematikan? Jadi dari sekian banyak hal yang gue tanyakan ke asdos gue sebelumnya, pertanyaan tentang workload paling lengkap.
Secara garis besar, kerjaan asdos DDP1 adalah mengawas Lab (praktikum) mingguan, mengoreksi Lab dan Tugas Pemrograman, dan mengevaluasi demo TP mahasiswa. Udah itu aja. Tapi ternyata setelah mengalami sendiri selama satu semester, ada beberapa workload lain yang juga diserahkan ke asdos.
Bikin Soal Lab
Salah satu yang paling seru adalah bikin soal Lab. Setiap pekan ada Lab, dengan total 11 Lab, mulai dari Lab 0 sampe Lab 10. Waktu awal-awal Lab 0, koordinator asdos belum buat assignment siapa yang akan bikin soal Lab mana, jadi waktu itu mereka minta volunteer.
Ada dua asdos yang volunteer, tapi kemudian mereka sepertinya mentok di tahap brainstorming dan nyari ide soal yang simple enough untuk dijadikan materi Lab 0. Salah satu dari mereka kemudian ngajak gue untuk ikutan bikin soal.
Saat gue harus roleplay jadi Dek Depe demi kelengkapan ilustrasi soal :")
Mulai dari Lab 1, assignment nya udah jelas. Koordinator asdos membagi supaya setiap soal Lab akan dikerjakan oleh satu tim asdos perkelas setiap pekannya. Kelas gue kebagian bikin soal Lab 7 tentang rekursif~
Tim asdos kelas gue berhasil menemukan problem set yang mencakup materi dan sangat gampang untuk dikoreksi, karena sekali bener pasti bener dan sekali salah pasti salah. Test case nya juga udah cukup banyak sampe pemeriksaan cuma perlu pake test case yang tersedia di dokumen soal.
Untuk job bikin soal ini sebenernya bagian yang paling lama adalah brainstormingnya. Setelah ide problem dan storytelling nya udah dapet, penulisan requirements dan dokumen soal sebenernya lumayan cepat.
Oiya, semua problem Lab itu disajikan barengan dengan storytelling, jadi semuanya soal cerita. Banyak asdos yang menyelipkan fandom, inside joke, dan meme favorit mereka secara implisit (dan eksplisit, tapi kebanyakan eksplisit).
Di Lab 7 ini gue melanjutkan cerita dari Lab sebelumnya, keeping the continuity going you know. Lab-Lab sebelumnya ceritanya beda-beda, dan bener aja, ketika udah lanjut ke Lab 8, ceritanya beda lagi :") ngga ngelanjutin yang udah gue lanjutin dari Lab 6 ke Lab 7. Kebetulan gue in charge of nulis narasi ceritanya. Yang bikin gue terharu, waktu direview, ada dosen yang ngasih comment "Deskripsi soalnya ditulis dengan jelas dan menarik. :-D", membuat saya sangat senang 😆
Bikin Soal TP
Kelas gue kebetulan dapat hak eksklusif untuk terlibat dalam pembuatan soal TP (Tugas Pemrograman). Entah kenapa koordinator asdos ngasih assignment ke kelas gue untuk ikutan bikin soal TP2, sementara TP1 dan TP-TP selanjutnya dihandle oleh koordinator asdos aja, ngga pernah melibatkan asdos jelata lagi.
Again, di sini juga yang memakan waktu adalah brainstormingnya. Tahap nyari ide untuk problem set yang memenuhi semua materi dari BRP ternyata lumayan tricky. Gue dapat log yang worth nya hampir 4 jam hanya dari rapat untuk mendiskusikan problem set TP ini. Ini karena rapatnya beberapa kali, sekali bareng dosen dan koordinator asdos, sekali bareng tim asdos kelas gue minus satu orang karena dia berhalangan, sekali lagi bareng tim asdos kelas yang full team.
Bagian penulisan dokumen TP nya juga ngga kalah lama. Seingat gue dokumen TP yang ini sampe 11 halaman, berhubung contoh input-output dan requirements nya lumayan banyak. Belum lagi revisinya. Waktu itu timeline nya lumayan mepet, kami diharuskan release soal di hari Senin, sementara koordinator asdos baru ngajak brainstorming di hari Jumat sebelumnya. Jadi gue dan temen-temen asdos yang lain harus work over the weekend untuk ngejar deadline menyelesaikan dokumen soal.
Terus, waktu itu kebetulan temen-temen tim asdos kelas gue semuanya lagi ngejar deadline tugas mereka masing-masing :"). Yang angkatan gue lagi ada TP SDA, sementara satu asdos yang kating juga lagi ngejar deadline tugas kelompok kalo ngga salah. Jadi tersisa gue yang terbilang lagi senggang. Gara-gara ini, gue kerja seharian di hari Minggu, menanggapi komentar dan masukan dari dosen untuk nulis requirements dan bikin template. Gara-gara ini juga, log gue di bulan itu tembus 1,3. HAHAHAHAHAH.
Bikin Colorful Spreadsheets 🤩
Bagian favorit gue, tentunya, adalah ngurusin spreadsheet :D
Karena kami dikasih tanggung jawab untuk ngoreksi dan ngasih nilai Lab dan TP, kami juga yang membuat spreadsheet untuk rekap nilai mahasiswa di tiap kelas. Berhubung gue demen main-main sama google sheets, gue volunteer untuk ngerancang spreadsheet penilaian Lab dan TP kelas gue.
Dengan masukan dari dosen dan temen-temen di tim asdos kelas, layout spreadsheetnya jadi begitu. Gue duplicate jadi 11 biji, untuk mengakomodasi Lab 0 sampe Lab 10, lalu duplicate sekali lagi untuk spreadsheet penilaian TP. Udah termasuk formula-formula nya juga, jadi tim asdos tinggal masukkin nilai angka dari skala 1-4 untuk masing-masing rubrik penilaian, lalu formula gue akan ngasih nilai berdasarkan bobot yang ada di panduan penilaian.
Di sheet paling depan juga ada rekap untuk satu semester, berisi nilai dari Lab 0 sampe Lab 10 yang ditampilin side-by-side untuk mempermudah dosen gue nginput nilai ke SIAK. Dari sheet rekap ini juga kami bisa tau mahasiswa mana yang underperforming dan kelihatannya butuh bantuan lebih. Automatically updated karena datanya ngefetch dari sheet penilaian Lab individual yang ada 11 tadi.
It took some time to set it up, tapi setelah nguli di awal, proses penilaian ke sininya jadi lebih gampang karena tinggal fill in the blanks aja. Formula yang ngitung nilai-nilainya. Ada beberapa Lab dan TP yang punya komponen bonus, jadi untuk kasus khusus seperti itu, gue tambahin kolom baru di sheet yang bersangkutan. Intinya sheet ini berubah as the semester goes along.
Mengoreksi & Demo
Workload ini adalah yang memakan sebagian besar persentase log selama jadi asdos. Karena setiap pekannya ada Lab, setiap pekan gue dan asisten yang lain harus mengoreksi submisi Lab si mahasiswa.
Kalo step by step proses ngoreksi gue kira-kira gini: jalanin program pake test case, terus cek apakah sudah sesuai requirements atau belum. Di step ini kemungkinannya ada tiga: program berjalan dengan baik, program jalan tapi ngaco, program ngga jalan. Kemungkinan yang pertama sangat mempermudah hidup gue karena biasanya gue bisa langsung ngasih nilai 4-4-4-4-4 di sheet, artinya full score untuk Lab tersebut. Dua kemungkinan yang lain agak lebih makan waktu.
Program yang jalan tapi ngaco, biasanya gue coba debugging. Apa sih yang bikin programnya ngaco? Kalo gue lagi rajin dan memang salahnya cuma satu-dua line, gue benerin sampe programnya sesuai. Terus gue tulis notes di sheetnya, salah di mana aja dan kenapa salah, lalu nilainya dikurangin sesuai seberapa fatal salahnya.
Program yang ngga jalan biasanya yang bikin gue paling males, karena kadang programnya ngga jalan karena memang belum selesai. Kalo udah selesai tapi ada sesuatu yang bikin dia jadi error, sama seperti di atas, gue tulis di notes juga.
Intinya segala macam hal yang menjadi alasan nilai si mahasiswa ngga full score itu gue tulis notes deh. Tujuannya supaya kalo diprotes suatu saat, gue ingat apa yang bikin gue ngurangin nilainya.
Gue pernah ngga sengaja menemukan file puisi ini waktu lagi ngoreksi, gatau deh ditujukan untuk siapa WKWKWKWK. Note to self: selalu double-check file apa aja yang lo zip sebelum disubmit ke scele.
Lab cuma perlu dikoreksi, tapi kalo TP yang bobot nilainya lebih tinggi, harus dikoreksi dan didemo. Di demo ini basically si mahasiswa menejelaskan dan ngasih gue walkthrough programnya untuk memastikan dia udah mengerti materi dan tau apa yang dia tulis, bukti submisinya ngga cuma hasil templok sana sini.
Untuk demo, gue memanfaatkan website https://youcanbook.me/ untuk booking-booking jadwal demonya. Gue tau ini dari asdos gue sebelumnya, dan ternyata sangat praktis karena bisa langsung nambahin event di google calendar gue, jadi ngga perlu input-input manual lagi.
Durasi gue set setengah jam, selama itu gue jadi pendengar yang baik 🙂. Kalo mahasiswanya udah selesai ngejelasin sebelum durasi habis, gue selalu mengulur waktu dengan ngasih pertanyaan atau ngasih kesempatan bertanya supaya durasinya jadi tetep 30 menit. Kalo udah lewat dan setelahnya ngga ada jadwal lagi, biasanya gue ladenin sampe tuntas. Jadi masuk log nya bisa 45 menit sampe 1 jam kalo emang ngobrolnya lama. Wkwkwkwk.
Waktu pertama kali pengalaman demo, ada mahasiswa yang on camera padahal gue ngga pernah minta. Saat gue bilang, "Kamu ngga usah on-cam juga gapapa kok." Dia malah bilang, "Gapapa kak," sambil senyum uwu banget terus lanjut on-cam selama demo berlangsung. UwU. Tapi tentu saja yang gue tonton adalah layar share screen nya, bukan mukanya dia. But the smile was so precious I had to slip this story in here.
Asistensi
Asistensi ini biasanya dilakukan sebelum quiz, UTS, dan UAS. Kalo asistensi yang ini judulnya wajib, karena dari tim dosen yang minta. Biasanya juga yang datang hampir sekelas karena memang asistensinya rame-rame. Agendanya membahas materi yang akan segera diujikan, review materi, atau ngerjain contoh soal yang udah dikumpulkan sama tim asisten.
Tapi selain asistensi wajib itu, gue juga kadang-kadang menawarkan asistensi personal. Well, ngga sepenuhnya menawarkan. Kalo ada mahasiswa yang minta bantuan dan gue rasa akan lebih mudah untuk menjelaskan dengan ngomong langsung, biasanya gue tawarin untuk call via discord atau meet aja. Problem solvingnya jadi lebih cepat karena yang mikir dua kepala, dan dari yang gue alami, selesai asistensi personal itu si mahasiswanya jadi beneran paham dengan apa yang baru kita bahas.
Ini karena kalo di asistensi wajib, mahasiswa yang hadir ada banyak. Kebanyakan jadi males untuk ngomong, bertanya, atau ngaku kalo mereka masih bingung. Sementara kalo di yang personal ini gue approach nya kayak lagi ngobrol aja, jadi komunikasinya dua arah.
Rapat
Rapat ini normalnya tentative. Yang rutin adalah rapat evaluasi setiap selesai Lab. Biasanya koordinator minta asisten ngumpul dulu untuk ngebahas kendala selama Lab yang baru selesai, dan nanyain progress pembuatan soal Lab berikutnya. Durasinya kira-kira 30-45 menit setiap pekan, diadakan setelah selesai Lab.
Di kelas gue, dosennya mengadakan rapat koordinasi rutin sendiri juga setiap pekan. Yang ini durasinya bisa satu sampe dua jam, tergantung sebanyak apa bahasannya pekan itu. Gue ngga yakin ini berlaku untuk semua dosen sih, jadi mungkin kelas gue aja yang mengadakan rapat rutin begini.
Sejujurnya, karena rapat ini, log nya jadi nambah lumayan banyak perbulannya dibanding kalo ngga ada rapat wkwkwk. Tapi di luar itu, gue rasa rapat rutin ini juga menjalin kedekatan dosen sama asistennya, karena jadi makin banyak interaksi. Gue jadi ngga ngerasa dilepas untuk ngerjain 'asisten-things' sendiri tanpa bimbingan dari dosen yang lagi gue assist.
Log 💰
Ini pasti jadi bahasan yang paling ditunggu-tunggu dari mulai baca, sih. Yakin gue. Because, let's be real. Alasan utama jadi asdos adalah uang jajan tambahan wkwkwk, well, at least untuk gue. Sebagian lain ada yang ngerasa uang asdos itu agak recehan karena ngga sebanding sama effort yang harus dikeluarin. Tapi untuk gue, berhubung uang jajan gue perbulannya memang ngga banyak, uang dari ngasdos itu sangat amat lumayan :"). Gue pernah nyeletuk, kalo gue udah ngasdos sejak semester satu, gue mungkin bisa makan dua kali lebih banyak selama semester satu-dua dan end up mempertahankan berat badan gue (bukannya terjun bebas).
Untuk nominal pastinya, honor asdos dibayar perjam. As far as I know, untuk asisten S1, itu fee nya sama semua, 25k/hour. Berapa jam yang akan dibayarkan oleh fakultas itu tergantung dari log yang gue isi di siasisten. Setiap selesai ngerjain sesuatu, be it rapat, ngoreksi, demo, ngedit spreadsheet, anything yang berhubungan sama kerjaan asdos, gue masukkin ke log beserta durasinya.
Durasi yang bisa dienter hanya kelipatan 15 menit. Jadi kalo gue mulai kerja dan berhenti kerja di jam yang angkanya ngga cantik, seringnya gue geser ke angka yang cantik dengan durasi yang mendekati. Yang penting durasinya ngga beda jauh.
Di akhir bulan, koordinator asdos, dosen, dan admin akan memeriksa log yang gue masukkin dan ngeganti statusnya jadi disetujui atau ngga. Kalo udah disetujui, statusnya berubah jadi diproses, terus gue tinggal nunggu honornya cair ke rekening yang udah gue masukkin di awal waktu register.
Selama PJJ, asdos juga punya privilege untuk dapet bantuan pulsa. Ini setara dengan log 4 jam per bulan per asdos. Kadang gue lupa masukkin log ini wkwkwk, untungnya dosen gue baik, jadi setelah dikomunikasikan, gue boleh ngoper log bantuan pulsanya ke bulan selanjutnya biar tetep bisa diproses.
Side note, kalo rekening yang lo daftarkan di awal bukan rekening bank BNI, honor asdosnya akan dipotong Rp2.900 untuk biaya admin. Ini salah satu yang gue pelajari belakangan karena rekening gue memang non-BNI. Setau gue kalo rekeningnya bank BNI, honornya ngga dipotong biaya admin lagi.
Reflection
Apa aja yang gue dapatkan selama jadi asdos?
Di luar honor yang udah gue sebutkan di atas, tentu saja koneksi. Terutama karena kelas gue pake sistem rolling, gue jadi kenal sama mahasiswa satu kelas dan mereka juga mungkin bisa mengingat gue sebagai salah satu yang pernah ngasdosin mereka. Gue juga jadi kenal baik sama dosen yang gue assist, juga rekan-rekan asisten yang ngga diragukan lagi skala kekerenannya.
Gue juga dapat pengalaman untuk bikin soal programming, yang sebelumnya ngga pernah gue miliki. Gue belajar gimana bikin dokumen soal yang bagus dan jelas, in one shot tanpa perlu revisi-revisi setelah dipublish. Juga pengalaman mengajar.
Sejujurnya, gue ngga pernah merasa punya bakat mengajar. Emak gue bilang, gue kalo ngajar terus muridnya gabisa, bukannya dijelasin malah diomelin wkwkwk. Tapi dari feedback yang gue dapatkan di akhir semester dari temen-temen mahasiswa yang gue asdosin, ternyata gue bisa juga kok bikin mereka mengerti. Ini bikin gue rada terharu.
Satu lagi yang ngga kalah penting: time management. Perlu diingat, gue memutuskan untuk jadi asdos di semester tiga, yang terkenal deadly, bersamaan dengan ngambil SKS ekstra dan jadi budak organisasi dan kepanitiaan wkwkwk. Kalo bukan bunuh diri, ini gue sebut time management bootcamp. Somehow, gue berhasil juggling antara semua kegiatan itu dan sejauh ini memberikan hasil yang bisa diterima. At least sejauh ini gue belom pernah diomelin karena koreksian gue terlambat.
Best part of being asdos?
Ngedenger suara "Oooh," setelah gue ngejelasin panjang lebar, tanda si mahasiswanya ngerti. Sama waktu berhasil ngasih solusi untuk debugging saat ada mahasiswa yang nanya. Saat program mereka jalan setelah konsultasi sama gue itu bawaannya ikutan seneng 😄
Worst part?
Ada dua. Yang pertama adalah waktu kondisi gue lagi buruk-buruknya, tapi gue ada jadwal demo atau jadwal ngawas Lab gitu waktu itu, lupa gue. Jadi gue standby di discord voice channel, diem aja nontonin layar yang ngga ada apa-apanya, tears streaming down my face wkwkwk. Tapi namanya tanggung jawab, gue tetep mejeng depan laptop sampe jadwalnya selesai.
Yang kedua adalah waktu dighosting sama mahasiswa :"). Untungnya ini cuma terjadi sekali, temen-temen asdos gue yang lain ngalamin lebih dari sekali. Ceritanya doi booking demo di tanggal merah, pagi-pagi jam 9. Gue udah bela-belain bangun pagi kan, gue hubungin via Line, tapi sampe jadwalnya udah lewat doi ngga baca-baca.
Gue pikir, yaudah lah. Emang gamau demo kali doi. Eh terus besokannya doi ngechat gue. Katanya kemaren doi ada urusan. Seolah gue ngga punya urusan lain selain mantengin laptop nungguin doi ngabarin kan ya. Ngambek dong gue, tapi tentu saja gue ngga meledak-ledak. Gue bales permintaannya (doi minta reschedule), tapi setiap kali dia minta maaf, gue pake emot smiley 🙂. "Kalo udah tau ada urusan kenapa booking demonya jam segitu? 🙂", "Iya. Jangan diulangi ya. 🙂", Passive-aggresive is the way to go.
Capek ngga sih? Would I do it again?
Gue bahkan ngga ngerasa capek, somehow gue bisa bawa seneng aja. Meskipun itungannya kerjaan, karena mata kuliahnya itu mata kuliah yang lumayan gue suka, kerjaannya jadi seneng-seneng. Apalagi kalo nemu comment lucu-lucu waktu ngoreksi.
Would I do it again? Yes, if I had the chance to.
Conclusion
All in all, it was a great novel experience. Kerjaan yang ngga kerasa seperti kerjaan. I'd say, kalo memang ada kemauan untuk ngelamar dan persyaratannya terpenuhi semua, lamar aja. Soal diterima atau ngga nya belakangan. Soal bisa ngejalanin atau ngga nya lagi, lebih belakangan.
Gue berperan sebagai asdos ngga semata-mata sebagai yang membantu aja kok, ternyata gue juga bisa dapat bantuan dari orang lain, be it dosen yang gue assist, rekan sesama asdos, bahkan mahasiswa yang gue asdosin. Environment nya bagus untuk gue berkembang, dan kalo gue tau harus bertanya dan berkoneksi dengan siapa, gue bisa belajar jauh lebih banyak.
Itu aja kira-kira honest review untuk pengalaman ngasdos DDP1 gue semester lalu. Review lain mengenai semester tiga dan matkul-matkulnya akan segera datang, stay tuned! 😄
See you on the next one~