- Published on
Beli Semua di Shopepew
- Authors
- Name
- Asfiolitha Wilmarani
- Trakteer
Rupanya sekali mengejar deadline pukul 23:55 itu belum cukup dan nggak bikin kapok. Untuk kedua kalinya, pada pekan terakhir kuliah sebelum libur lebaran kemarin, gue dan temen sekelompok ngejar deadline pukul 23:55 lagi. This is a look-back on Tugas Kelompok PPW, the tragic story that is Shopepew.
Mungkin gue bisa mulai dengan menjelaskan apa sebenarnya PPW dan apa itu Shopepew. PPW ini salah satu mata kuliah yang gue ambil semester ini, singkatan dari Perancangan & Pemrograman Web. Salah satu komponen penilaiannya adalah tugas kelompok yang diberikan dua kali. Dalam dua kali tugas kelompok ini, gue mendapat kelompok yang sama (kelompoknya memang cuma di-assign satu kali dan tidak berubah), dan mengambil studi kasus yang sama (again, milihnya cuma satu kali di awal, dan studi kasus kedua wajib mengikuti yang pertama).
Studi kasus yang dijadikan pilihan adalah Personal Brand Online Shop dan Car Rental Shop. Kelompok gue, yang beranggotakan empat orang (gue, dua orang seangkatan, dan satu kating), memilih untuk mengambil studi kasus pertama. Alasannya waktu itu karena proses benchmarking (baca: cari inspirasi dari web orang lain) nya lebih gampang.
Problem dengan Kating part. 1
Pengerjaan TK1 sejujurnya lumayan lancar, di luar proses mengejar deadline yang harus kami lalui gara-gara kerepotan mengerjakan tugas lain. Waktu itu deadline TK1 jatuhnya berbarengan dengan deadline Story6 (yang materinya tidak gue pahami, jadi belum gue kerjain juga saat itu). Masalah pertama timbul ketika kami harus berhadapan dengan si kating.
Pada awalnya memang beliau masih muncul di grup. Tapi tidak perlu waktu lama sebelum perbedaan antusiasme beliau dan anggota kelompok lain kelihatan jelas. Sejujurnya gue masih bersyukur kating gue ini masih bisa diajak komunikasi, karena gue dengar kabar dari kelompok lain, ada yang katingnya sama sekali tidak bisa dihubungi, apalagi diajak kerja sama.
Berhubung lebih gampang menyamakan jadwal gue dan dua teman yang seangkatan, kami jadi janjian bareng tanpa si kating, meski beliau sudah dikasih tau sebelumnya kami mau ketemuan. Plus tambahan, "Kalo ada waktu kosong, ayo join," or something along those lines. Tapi pada beberapa meeting yang kami lakukan, sampai akhir banget, beliau cuman muncul satu kali. :)
Problem berikutnya adalah, beliau memang mengerjakan bagiannya, tapi kami baru tau kalau ternyata beliau kesulitan itu belakangan, as in di akhir-akhir banget sekian jam sebelum deadline. Sejujurnya gue dan anggota kelompok lain juga sering banget mentok dan ketemu error yang bikin pengen jedukkin kepala, tapi kami langsung minta bantuan. Juga, karena kondisinya saat itu kami ngerjain bareng, dengan kata lain duduk bareng di perpus, masing-masing depan laptop, mengerjakan hal yang sama, ngungkapin masalah dan menanyakan solusinya jadi jauh lebih gampang. Yang jadi masalah adalah, kating gue ini tidak meminta bantuan apa-apa. Jadi, kami kira beliau tidak menemukan kesulitan dan tidak ada yang perlu dibantu. Rupanya hasil akhir berkata lain.
Ngejar Deadline part. 1
Hari-H deadline, kami bertekad menjadi penghuni perpus sampe diusir. Karena masih banyak yang harus dikerjakan, gue dan dua anggota kelompok yang lain janjian di perpus dan ngetag meja yang dekat AC. Kating gue menyusul dan muncul sore-sore.
Kami ngerjain sampe sekitaran maghrib, lalu gue minta break dulu satu jam. Dari situ kami bubar sebentar. Dua teman gue yang lain rupanya ada kelas tambahan, sementara gue sendiri lupa apa aja yang gue kerjakan selama break itu. Saat waktu breaknya selesai, meski sudah ada dugaan sebelumnya, jadi gue sudah ngga kaget lagi, kating gue tidak kembali. :')
Akhirnya pekerjaan kami lanjutkan bertiga di perpus. Rupanya saat itu banyak juga anak-anak dari kelompok lain yang lagi mengejar deadline yang sama, jadi suasananya lumayan rame. Meski begitu, gue masih belum bisa merelakan si kating. Jadi setelah ngabarin kalau dia balik duluan di grup, gue tetep sering-sering ngetag beliau selama beberapa jam sebelum deadline tersebut.
Pukul 23:00, datanglah pak satpam. :) Beliau ngabarin kalau parkiran mau dikunci, jadi kalau mau pulang harus pulang sekarang. Berhubung teman sekelompok gue bawa motor ke kampus, mereka terpaksa harus pulang kalau ngga mau nginep. Berhubung mereka pulang, gue juga gaada alasan lain untuk tetap di perpus dong, jadi gue balik juga.
Hanya saja pekerjaan belum selesai. Kami masih terus grinding menyelesaikan kerjaan, sampai dapat kabar kalau kating gue ngirim di grup, "Tolong bantuin dong kalo bisa." :) Rasanya kesal :) Akhirnya, karena beliau pada akhirnya tidur duluan dan meninggalkan kami kerja bertiga (ini gue simpulkan karena beliau sudah tidak nge-read grup lagi setelah beberapa lama), gue dan dua anggota yang lain ngerjain bagian beliau seadanya. Cukup yang bagiannya menyentuh bagian kami aja. Sementara halaman khusus kerjaannya beliau sendiri nggak kami sentuh.
Bahkan gue yang selalu gemas pengen ngubah styling dan pada dasarnya jadi front-end dev untuk satu kelompok, kali ini angkat tangan. Halaman dia kami tinggalkan sebagai page yang isinya form dengan plain html tanpa styling apapun. Setengah karena memang sudah lewat deadline (dan kalau ada perubahan lagi setelah deadline, nilainya akan kena penalti), setengah lagi karena kami sudah lelah. :)
That concludes the end of pengerjaan TK1. Satu fitur belum selesai dan yang lain dikerjakan ngebut seadanya. On to the tragic story of TK2.
Minus Satu Member
TK2 ini sebenarnya tidak lebih daunting dari TK1. Pertama karena kami udah familiar dengan websitenya (ngga bikin dari nol lagi). Kedua karena fiturnya itu pada dasarnya mengembangkan fitur-fitur yang udah ada sebelumnya. Yang jadi tantangan adalah, TK2 ini harus diselesaikan selama PJJ, jadi ngga ada lagi ngerjain bareng di perpus sampai tengah malam.
Karena setengah kapok setelah ngejar deadline waktu TK1, gue sudah heboh di grup sejak day-1. Sudah gue buat pembagian tugasnya, biar orang-orang bisa mulai kerja. Gue sendiri berhasil menyelesaikan bagian gue cukup lama sebelum deadline. Dari dua anggota kelompok seangkatan, yang satu sudah mulai bagiannya yang berpengaruh ke fitur-fitur lainnya (jadi memang harus dikerjakan duluan), sementara satu lagi masih sibuk menyelesaikan tugas lain dulu.
Di sinilah kabar buruk pertama muncul. Anggota gue yang pertama ini, yang kerjaannya sudah setengah jalan, tiba-tiba ngabarin gue kalau dia sakit dan saat ini lagi dirawat. Dengan kondisi karantina begini, gue panik dong. Tapi rupanya setelah gue dikabari lagi beberapa hari kemudian, penyakitnya ternyata DBD, bukan yang lebih parah. Hanya saja, artinya dia tetap (kemungkinan besar) ngga bisa berkutat dengan codingan dulu untuk beberapa lama.
Kasus ini gue ceritain ke asdos gue. Untungnya beliau lumayan pengertian. Soal temen gue yang sakit itu diterusin ke dosen, dan katanya soal nilai bisa dipertimbangkan lagi saat yang bersangkutan sudah sembuh. Jadi gue yakinin temen gue itu untuk ngga usah khawatirin TK nya dulu, nanti akan coba gue handle bersama temen gue yang kedua.
Problem dengan Kating part. 2
Kenapa cuma bersama temen gue yang kedua, you might ask? Well, I'm glad you asked.
Karena, pada TK kedua kali ini, kating gue MIA untuk kedua kalinya :). Seperti biasa, gue sudah nanyain progress setiap beberapa hari di grup. Hanya saja, jawabannya itu, "Masih belum," or something along those lines.
Berhubung gue sudah menceritakan tentang kasus temen gue yang sakit itu ke asdos, gue jadinya ikut menceritakan masalah gue dengan kating ini juga ke beliau. Solusi yang gue dapatkan adalah meneror kating yang bersangkutan sampai beliau merespon dan mengerjakan bagiannya.
Waktu pertama kali gue kontak, beliau masih menjawab baik-baik. Katanya beliau masih melihat-lihat source code, dan mulai mencoba-coba. Karena itu gue ngga punya pilihan lain selain ngasih semangat, dong. Sekaligus nawarin bantuan dan sedikit nyinyir. Gue bilang, "We're here to help, tapi kami ngga bisa bantu kalo kaka belum mulai :(", sekaligus sedikit ancaman, "Nanti sore aku tanya lagi gimana progressnya ya ka."
Jadi, dari situlah perjuangan gue dikacangin dan ngga diread dimulai, Sodara-Sodara. Kondisinya saat itu adalah H-1 deadline, jadi selain rada panik karena temen gue yang kedua tadi juga baru mulai mengerjakan, gue juga setengah pasrah sama si kating ini. Sorenya beneran gue tanya lagi, gimana progressnya. Sore yang gue maksud ini setelah buka puasa, sementara terakhir gue nyemangatin itu sekitaran jam sepuluh.
Tapi tidak diread.
Selanjutnya gue nanya sekitar jam setengah 9 malam. Tidak diread.
Berhubung sudah mau ganti hari ke hari-H deadline, gue tanya lagi sebelum jam 11 malam, masih tidak diread. :)
Paginya, pas sahur, gue coba sekali lagi. Sekitaran subuh jam setengah 5 pagi. I practically begged for the work to be done. Tapi masih tidak diread.
Akhirnya gue curhat lagi ke asdos. Karena sudah hari-H deadline dan kating tidak ada tanda-tanda mengerjakan, gue memberikan bargain. Asdos setuju. Bargainnya kira-kira begini, kalau sampai jam 15, kating masih belum ngeread message gue, fitur beliau gue ambil alih, dengan catatan itu jadi bagian gue. As in, dia ngga dapat nilai individu jadinya.
Wouldn't you know it, setelah clickbait dan ancaman seperti itu, GUE DIBALES :D Beliau minta maaf karena baru ngebalas sekarang, lalu berkata bahwa sepertinya beliau tidak mungkin menyelesaikan bagiannya hari ini karena mentok banget. Selain itu beliau juga setuju bagiannya diambil alih dan beliau bersedia menerima konsekuensinya.
Et voila! Jadilah gue harus ngebut mengerjakan bagian beliau, 10 jam sebelum deadline.
Ngejar Deadline part. 2
Proses mengejar deadline yang kedua kalinya ini jauh lebih hectic dibanding yang pertama. Satu, karena ada lab untuk mata kuliah lain pada hari yang sama. Labnya dimulai sekitar pukul 14 sampai maghrib, ini otomatis mengurangi jam pengerjaan gue dari 10 jam jadi tinggal 6 jam sebelum deadline. Dua, karena anggota kelompok gue sekarang tinggal tersisa dua.
Akhirnya, bersama anggota kelompok gue yang kedua itu, berbekal line message yang penuh dengan caps lock dan huruf kapital khas orang panik, kami berhasil membuat pipeline nya ijo, persis beberapa menit sebelum 23:55. Isinya bolak balik kirim screenshot code dan menemukan kesalahan paling bodoh yang pernah ada, lalu ketawa panik bareng-bareng. Kami legit menghabiskan satu jam bertanya-tanya ini kenapa scriptnya ngga jalan-jalan hanya untuk menemukan kalau ternyata <script>
tag nya belom ditambahin.
Stupiditi memang.
Conclusion
All in all, malam mengejar deadline itu akan jadi malam yang tidak terlupakan. Both of them. Yang pertama di perpus sampe diusir satpam, yang kedua panik di Line, menuhin chat pake huruf kapital. Meski prosesnya rada menyiksa dan sempet bikin gue mati rasa (terutama setelah problem dengan kating part 2), gue belajar lumayan banyak dari project ini. Mulai dari bekerja dengan orang yang antusiasmenya lebih sedikit dari gue, sampai mengatur waktu dan komunikasi dengan atasan (dalam hal ini asdos gue).
Jujur aja, yang terakhir ini hectic banget karena anggota gue berkurang satu. Sempet ada beberapa bagian yang ngga kepegang karena kami kekurangan sumber daya. One way to put it is, gue dan temen gue yang kedua itu adalah 2-man team yang mengerjakan project untuk 4-man team. Jadi hasilnyaaa-- begitulah.
Though, I gotta say, I'm quite happy with the end result. Gue masih sempet ngubah beberapa stylingnya, dan sekarang webnya jadi kelihatan kayak mainan :D Lucu. If you wanna check it out, it's on shopepew.herokuapp.com. Try messing around with it. I designed the entire website's interface hehe.
Semoga kisah ini memberikan pencerahan untuk Anda-Anda yang kelak akan mengambil PPW. Kalo dari awal ada kating yang menunjukkan tanda-tanda tidak antusias, mending ditindak dari awal :) supaya kisah Anda tidak berakhir seperti gue.
See you on the next one~