Published on

The Deed is Done

5 min read
Authors
  • avatar
    Name
    Asfiolitha Wilmarani
    Trakteer

Quiznya sudah berlalu dan gue baru saja melewati pekan terakhir kuliah sebelum libur lebaran. How did it go down? Lalu sekarang apa?

First-off, let's talk about the quiz. Quiz yang gue maksud di sini adalah quiz Matdas1, untuk adek-adek yang mungkin baca post ini di masa depan. Saat ini materinya integral tentu. Waktu menjelang quiz tersebut, I was under so much pressure and stress to get it right. Sebab, berkaca dari nilai-nilai kuis dan UTS sebelumnya, gue ngga akan mendapat nilai akhir seperti yang gue harapkan (read more on: Demi Nilai Akhir yang Lebih Baik).

But after so much grinding I did, it really wasn't that hard. Gue berkali-kali ngecek apakah soalnya beneran ada tiga, apakah gue salah nyalin soal, dan apakah rumus yang gue pake benar. Semua karena gue ngerjain soal terlalu lancar. You know there's a saying that goes, "If there's nothing wrong, then something is wrong."

Pascapengerjaan kuis tersebut, gue merasa gue sudah melakukan hal yang benar. Meski grindingnya agak merusak diri, which is something I know I shouldn't do again, it was all worth it. Sekarang yang gue tunggu adalah hasil quiznya. Nilai quiz sebelumnya langsung keluar pada pekan yang sama, tapi ini sudah weekend dan masih belum keluar, so I'm getting kinda restless.

Jadi, lesson learned yang bisa dipelajari selama Phase kemarin adalah:

  1. Kerjain soal Purcell. Matdas would be that much easier kalau lo sudah familiar dengan bentuk-bentuk soal ajaibnya. Jangan lupa cocokkin jawaban dengan solusinya. Teknik grinding ini sudah gue refine sejak grinding untuk UTBK sih, jadi sudah terbukti manjur untuk gue. But it might not work for you, so find something that suits you as well.

  2. Jangan merusak diri. Hal-hal merusak diri yang gue lakukan selama grinding adalah lupa tidur dan lupa makan. Bagusnya gue ngga lupa pipis juga, I always take proper breaks for that (lol). Tapi sebagian besar 'merusak diri' ini disebabkan oleh kondisi yang berada di luar kehendak gue juga. Lupa tidur dan lupa makan bukan hal yang disengaja, melainkan gue memang tidak bisa tidur dan tidak selera makan. Bahkan mak gue sampe bingung mau ngasih gue makan apa karena nggak ada yang masuk. Jadi tolong jaga pola tidur dan pola makan kalau memang memutuskan untuk grinding. Lakukan grinding yang sehat :)

  3. Scope the territory, set milestones, and get an accountability partner.

    Step pertama yang gue lakukan sebelum mengerjakan apapun adalah mencari tau apa yang harus gue kerjakan. Jadi, gue skimming satu bab Purcell dan buat to-do list apa saja yang harus gue baca lebih lanjut dan soal mana saja yang akan gue kerjakan. Also, tidak mungkin gue mengerjakan sekitaran 40-an soal yang ada di setiap sub-bab dalam satu sesi aja, jadi gue break down ke 10-15 soal per to-do list item. Alasannya, pertama supaya gue tidak terintimidasi, kedua supaya gue punya lebih banyak task yang lebih cepet diselesaikan dibanding beberapa giant task yang menakutkan.

    Terakhir, mungkin ini yang paling manjur membuat rodanya berputar, kasih tau orang-orang lo lagi grinding, dan keep them updated. Selama grinding, gue terus-terusan ngirim sticker jedotin kepala ke tembok untuk menunjukkan gue lagi stres. Karena punya teman-teman yang perhatian, gue dapat banyak ucapan semangat selama prosesnya. Tapi jelas ucapan semangat ini aja ngga cukup, I still have to work my ass off to tackle those to-do list items. Step selanjutnya adalah keep them updated. Setiap beberapa kali break, gue laporan. "Barusan selesai lima task nih, yey! Abis ini targetnya tiga," or something along those lines.

    Kedengarannya memang sepele, tapi efeknya untuk gue lumayan besar. You see, I don't like going back on my words. Jadi kalau gue ngga berhasil menyelesaikan tiga task yang sudah gue bilang akan gue kerjain, rasanya gue kayak berbohong. Jadi gue akan bekerja keras selama satu sesi untuk ngerjain tiga task tersebut.

So, the quiz is past me now. Setelah itu gue juga disibukkan dengan proses mengejar deadline yang sangat hectic (akan diceritakan pada post berikutnya :D). Kemudian, bersama itu, berakhirlah pekan kuliah PJJ terakhir sebelum libur lebaran. Lalu tadi pagi, gue dihadapkan dengan pertanyaan, sekarang apa?

Karena disibukkan dengan tugas yang datang bertubi-tubi, gue ngga bisa meluangkan waktu untuk pekerjaan lain. Saat akhirnya gue diberikan libur selama dua minggu (libur yang beneran libur tanpa tugas di rumah, meski dua bulan ini gue sudah #dirumahaja), gue malah bingung apa yang harus dilakukan tanpa tugas. Lucunya, baru kemarin malam gue bilang ini ke temen gue, "Ngga ada tugas itu disyukuri, jangan malah merasa hampa."

Plan gue adalah melanjutkan project yang sempet kena halt karena sibuk PJJ. Gue pengen mulai ngerjain personal website juga, tapi rada intimidated karena gue banyak mau dan ngga tau teknologi yang dibutuhkan. Selain itu ada project bersama, IGP, yang juga halted karena membernya disibukkan dengan tugas masing-masing.

Di luar itu, yah, I want to start blogging again.

Dua post sebelumnya gue tulis on a whim saat lagi sangat stress. Rupanya itulah yang dibutuhkan untuk melanjutkan. Ngga perlu research terlalu dalam, 2-hour of reading session, ataupun berusaha tidak terdengar bego. Just write what was happening now, and what was on my mind. Tidak memikirkan siapa yang akan membaca tulisan ini nanti dan bagaimana gue akan terdengar, sangat membantu. Karena poinnya sebenernya hanya satu, gue pengen nulis.

Ke depannya gue ingin berusaha mempertahankan habit ini, dan memanfaatkan blog terlantar ini untuk jadi semacam daily log. Call it, a documentation of some sort, on how I survive university. It's gonna be a great thing to look back on.

See you on the next one~